KUMPULAN FILM-FILM LAWAS

Minggu, 15 November 2009

IMPIAN…..!!
ENAKNYA JADI PEMIMPI
Bila kita memiliki impian atau keinginan tentu sangat ingin menjadikannya sebuah kenyataan. Dua tahun lalu, saya membaca impian seorang anak kelas V SD di surat kabar, begini katanya: "Impianku sekolah pakai t- shirt aja. Enak, kan? Nggak usah pakai dasi segala! Murid-murid jadinya tidak kepanasan. Guru-gurunya juga enggak galak. Jadi bisa jadi teman curhat."
Impian si anak, yang sekarang sudah menginjak SMP itu, jelas belum menjadi kenyataan, karena sekolah masih mewajibkan murid-murid memakai seragam -- belum diganti t-shirt, dan masih ada saja guru-guru yang perilakunya tidak menyenangkan. Tetapi, tak ada salahnya toh bermimpi, kita semua boleh bermimpi.
Siapa tahu, suatu hari kelak, impian anak tadi tercapai, dimana anak-anak tak lagi menjadi "yes-boys" yang tercekik aturan dunia sekolah yang ketat berdisiplin dan membuat daya kreativitas mereka makin mati. Bukankah anak-anak muda kulit hitam masa kini tak lagi merasakan pahitnya hidup dalam penindasan, bahkan bisa bercita-cita menjadi presiden, karena impian Martin Luther King Jr, dengan kata-katanya yang terkenal, "I have a dream ..."
Siapa nyana pula, teman karib saya yang dulu berandai-andai menjadi ibu dan wanita karier --yang bekerja di rumah-- akhirnya terwujud berkat teknologi internet.
"Jika kau benar-benar menginginkan sesuatu, segenap alam semesta akan bersatu membantumu mencapainya", pesan pengarang Brasil, Paulo Coelho dalam novelnya "Sang Alkemis: Novel Spiritual tentang Realisasi Impian"
Betapa dahsyatnya impian, bahkan ketika mengenang tokoh pejuang hak-hak sipil berkulit hitam itu, orang masih saja berteriak, "Mereka berhasil membunuh King Jr, tapi tidak impiannya. Impian itu masih hidup hingga sekarang."
Impian tak bisa dibendung oleh jeruji besi, juga oleh kematian, dan berawal dari sebuah impian pula, pembaca Koki, Bung Irawan, saat ini bisa tinggal di luar negeri. "Sungguh perjalanan yang sangat jauh, dari gang sempit dan becek di Bandung sampai ke Sydney," kisahnya.
Hmmm..., impian kecil saya detik ini adalah makan enak di tempat saya biasa nongkrong, jadi sebaiknya saya menyudahi kata pengantar ini, karena tuntutan perut semakin mendesak, hehe.., dan Anda boleh membaca cerita lain dari Juliet Wilson di Amerika, Raras di Australia dan Bung Ilham Samodra dengan tulisan uniknya "Cantik Ala Jawa".
Selamat membaca ...
SANG PEMIMPI YANG SAMPAI SEKARANG BELUM MENGGENGGAM IMPIANNYA ITU,,,,,,,,,capeeeee deh,,,!!

Nama ku ayi astaman lahir di sebuah kampung yang jauh dari perkotaan, kira-kira 23 km dari kota Serang proponsi Banten. Aku terlahir dengan selamat,,,,,,dari ibu ku yang bernama Asmi dan ayah ku bernama Ali Mukti keluarga ku adalah sebuah keluarga yang sejahtera ketika aku belum berumur satu bulan, aku mempunyai kaka bernama Mistar Sehkan, di bilang sejahtera karena selain orang tua ku mempunyai 2 anak yang sehat kami pun sudah punya rumah sendiri di ,kampung kelahiranku di kecamatan cikesal tepatnya di kampung katupang pagedangan, itulah salah satu kampung yang telah melahirkan ibuku, aku, dan kaka ku.. Sedangkan ayahku lahir di kampung panyairan yang beda kecamatan dari tempat aku lahir, tetapi ibarat pepatah mengatakan untung tak dapat diraih malang tak dapat di tolak, setelah 40 hari tiba-tiba badai datang menimpa kelurgaku bahkan menimpa ku sebagai sang bayi yang belum tahu apa-apa di dunia ini, satu-satu yang orang yang paling ku kenal meninggalkanku untuk selama-lamanya, apa salahku pada waktu itu, dan apa dosa keluarga ku, sehingga aku harus menanggung beban ketika ku masih dalam keadaan bayi, aku di tinggalkan orang sangat mulia di dunia ini yaitu sang bunda. Musibah itu sempat membuat seluruh keluarga ku menjadi iba pada sang jabang bayi, karena sang bayi yang baru berumur 40 hari harus berpisah dengan ibunya, dan sang ibu si jabang bayi pun belum terlalu umur untuk meninggalkan sang bayi, tapi apa daya mungkin itu sudah menjadi kehendaknya. Cobaankah ini buat si jabang bayi yang belum tahu apa-apa, sehingga dia harus menanggung beban yang begitu berat seumur hidupnya, karena di tinggalkan sang ibu yang takan pernah ada lagi di dunia ini, ibu yang mengandungnya yang memberikan kasih sayangnya dengan sepenuh jiwa raganya. Takdir, mungkin itu yang menjadi salah satu jawaban dalam riwayat sang bayi yang malang, dia harus hidup tanpa seorang ibu kandung di dunia ini, betapa pedihnya kenyataan itu, bagi setiap orang yang menyaksikan kejadiannya pada saat itu, banyak orang lain yang meminta si bayi untuk di asuh menjadi salah satu keluarganya karena rasa ibanya yang sangat mendalam pada sang bayi, hampir beberapa ibu yang menawarkan untuk mengasuhnya. Tapi salah seorang kakak ipar dari bapakku memintanya untuk di bawa pulang kekampung bapakku untuk di asuhnya. Akhirnya aku di besarkan di kampung bapakku, Hingga aku di asuh oleh sang nenek dari bapakku, karena perekonomian dari nenek sang ibuku yang sangat memprihatinkan.
Aku tumbuh menjadi kanak-kanak dari lingkungan nenekku yang memanjakanku, akhirnya aku menjadi anak yang sangat manja, dengan segala sesuatu harus nenekku. Tak ada rasa kemandirian yang timbul dalam jiwaku. Dari nenekku lah aku merasakan kasih sayang itu, beliau adalah pengganti ibuku dalam hari-hariku. Sampai sang nenek harus pergi dari dunia ini untuk selama-lamanya, betapa terpukulnya batinku saat itu, lebih terpukul saat meninggalnya sang ibu, itu karena aku telah lebih mengenal nenek seperti ibu dalam hidupku, pada waktu itu umurku belum menginjak masa remaja bahkan abg, karena aku masih duduk di bangku sekolah dasar, bagaikan petir yang menyambar ku di siang itu ketika sang nenek yang ku sayangi telah terbujur kaku dan diam tanpa sepatah kata pun. Penderitaan itu begitu membuatku merasa terpuruk, kepada siapa lagi ku curahkan segala kasih sayang ini dan siapa lagi yang akan menyayangiku sepeninggal nenekku, ingin rasanya aku ikut pergi bersamanya saat itu, karena aku tak tahu harus dengan siapa lagi aku hidup di dunia ini. Tetapi beberapa keluarga ku merasa iba dan memberikan motivasi yang begitu kuat untukku, karena semua juga pasti akan kembali kepada sang kuasa. Akhirnya bisa menahan perasaan sedihku sangat dalam itu.
Kepergian nenekku membuatku mejadi anak yang selalu murung, tiada yang bisa mengantikan kasih sayang kepadaku itu yang membuat aku merasa kehilangan yang teramat sangat, bapakku sama sekali tak perduli dengan keadaanku dia sibuk dengan istrinya yang baru, betapa malangnya hidupku bila aku merenung sendiri, mengapa aku harus di tinggalkan untuk kedua kalinya sama orang yang amat sangat menyayangiku, apakah ini cobaan yang harus kujalani dalam hidupku, begitu terpuruknya ke adaanku pada waktu itu, iba dari setiap orang yang merasa aku menjadi orang yang paling terpuruk, tetapi aku tahu semua sudah menjadi kehendaknya, dan Allah ingin memberikan yang terbaik buat hidupku. Beruntunglah tidak lama setelah kepergian nenekku aku di boyong ke sebuah pondok pesantren, karena tidak lama setelah kepergian nenekku aku lulus dari sekolah dasar, itu yang membuat aku kembali bersemangat, karena walaupun aku tak bisa melupakan kenangan itu begitu saja tetapi setidaknya aku bisa bertemu orang-orang yang baru ku kenal dan lingkungan yang baru juga, dan dan karena keinginan ku pada waktu itu, aku merasa betah tinggal disana, dengan segala rutinitas pondok pesantren salafiyah, kesibukanku membuatku lupa akan sosok nenek yang selalu memanjakanku, karena tiap hari segala sesuatu ku kerjakan bersama teman-temanku, sekolah, mengaji memasak mencuci, dari sinilah aku belajar menjadi seorang manusia yang mandiri, walaupun tak ada keluarga ku yang sangat peduli ketika aku di pondok pesantren, tidak seperti anak lain pada umumnya, yang selalu memperhatikan anaknya saat di pondok pesantren, tapi aku tak pernah murung karena banyak teman-teman ku yang selalu menghiburku. Dan dari pondok pesantrenlah aku banyak mengerti tentang kehidupan, agama yang semakin membuatku mantap, dan pegangan agama yang melekat kuat didalam jiwaku.
Pondok pesantrenlah yang mengisi hari-hari dalam hidupku selanjutnya, aku banyak belajar tentang kehidupan,4 tahun lamanya aku berdiam diri di pondok pesantren, suka duka ku hadapai dengan penuh harapan dan cita-cita menjadi orang yang berbakti buat keluarga ku dan negaraku, lingkungan pondok pesantren telah melekat kuat dalam diriku sehingga bisikan-bisikan rohani selalu datang saat aku melakukan perbuatan yang melanggar peraturan agamaku. Aku mempunyai salah seorang saudara yang sekandung dengan ku, begitu perhatiannya dia terhadapku, walaupun dulu aku tak pernah akur dengan saudara kandungku, maklum dari kecil kami juga tak pernah tinggal satu atap rumah, aku bersama nenekku dari bapak, sedangkan saudara kandungku ikut bersama bapak dan ibu tiriku, tetapi aku begitu dekat setelah kami merasa dewasa, ketika aku duduk di bangku smp dia pun meninggalkan aku untuk selama-lamanya menyusul kepergian bunda dan nenekku. Aku tak tahu kenapa orang-orang yang ku sayangi begitu cepat meninggalkan aku. Aku begitu sok ketika kepergian saudara kandungku, satu-satunya orang yang sekandung dan menyayangi ku pun telah pergi meninggalkan ku, aku tahu ini sudah menjadi sebuah rencana-Nya aku tak kuasa berbuat apapun selain ku pasrahkan hidup dan matiku kepadanya, mungkin Allah sedang mengujiku dengan segala rentetan peristiwa-peristiwa yang ku alami. Betapapun perihnya kehidupan yang ku jalani aku selalu berpasrah dengan segala kenyataan hidup ini, mudah-mudahan Allah memberikan kesabaran yang kuat kepadaku seperti sabarnya Nabi Ayub ketika di berikan ujian yang amat sangat perih kepadanya, semoga Allah selau bersamaku dan selalu memberikan hidayahnya kepadaku.
Kejenuhan mulai kurasakan hidup di dalam penjara suci pondok pesantren ketika aku menginjak masa-masa SMA, masa-masa ego, masa kenakalan remaja, di mana masa pencarian jati diri dari sini mulai ku alami, dengan berbagai pergaulan ku telusuri bolos sekolah, mengenal rokok, obat-obatan terlarang tetapi hanya sekedar mencoba-coba saja tidak lebih dari itu, salah satu factor yang menyebabkan aku menjadi ana yang bandel, mungkin aku yang hidup dari keluarga yang kurang kasih sayang, tak enak sama temen, tetapi justru aku tak mengenal minuman-minuman keras. Saat itu hidup ku terombang ambing bagai kapal tanpa nahkoda, terbawa arus pergaulan sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk berhenti tinggal di pondok pesantren. Saat itu aku duduk di kelas 2 SMA.
Gejolak kenakalan remaja begitu membuatku merasa jauh dari agama yang sejak kecil ku terima dari nenek dan guruku di pondok pesantren. Begitu mudahnya diriku terbawa pergaulan yang akan menjerumuskanku, padahal aku tahu Allah selalu bersamaku dan melihat segala gerak gerik ku setiap saat, tapi aku tak pernah menghiraukannya. Sampai tiba saatnya aku lulus dari SMA, lega rasanya hidup tanpa beban aku telah keluar dari dunia pendidikan, setelah aku menerima sebuah ijazah dari SMA aku segera bergegas menyusun strategi, aku berpikir kalau aku bisa kerja mungkin aku tak merepotkan bapakku dan banyak orang termasuk keluarga yang ku tumpangi, karena aku tinggal di tempat kaka dari bapakku, dari kecil aku tak pernah tinggal bersama bapakku. Aku merasa hidupku begitu tak punya pegangan, kenapa aku ingin cepat segera bergegas pergi dari tempat kakak dari bapakku, alasannya adalah karena dia begitu membenciku, tak pernah kurasakan ketulusan dari hatinya saat aku tinggal di rumahnya, bentakan dan cacian yang aku terima darinya hingga aku merasa aku harus pergi, dan aku harus bisa membuktikannya, kalau aku bukan anak yang tidak berguna, walaupun aku paham apa yang ada dalam pikirannya kenapa dia begitu memandang sebelah mata. aku mencari kerja di pabri berharap mendapat pekerjaan yang bisa menghidupi diriku sendiri. Karena pada dasarnya aku tak mau di atur oleh keluragaku karena aku merasa sudah saat nya aku pergi dari kehidupan yang membuat hari-hariku sumpek dan bosan. Dengan mengandalkan ijazah yang ku pegang dan beberapa surat pengantar lainnya aku berangkat mencari pekerjaan. Pengalaman pertamaku melamar pekerjaan di tolak. Aku tidak berkecil hati, masih banyak peluang kerja yang belum ku telusuri, kesemangatanku membuat aku yakin bahwa aku bisa di terima dan bisa bekerja suatu saat nanti. Karena motivasiku banyak pada saat itu pertama aku ingin membuktikan bahwa kau bisa mandiri hidup tanpa selalu tergantung kepada keluarga ku. Kedua aku ingin bisa membeli apa yang aku inginkan kelak yang tak pernah kesampaian saat aku SMP sampai SMA. Ketiga aku ingin membangun kuburan ibu ku yang sampai sekarang belum terlaksana kakaku dan nenekku. Karena aku merasa bersalah aku tak pernah bisa memberikannya apa-apa hanya do’a yang selalu ku lantunkan walaupun kadang-kadang itu pun aku lupa.
Gagal dan gagal dalam mecari pekerjaan pun sering ku alami hari berganti hari bulan berganti bulan tahun pun terus berganti, semakin lama aku mengalami ke gagalan semkin aku meraskan betapa susuahnya mencari pekerjaan, betapa sulitnya kehidupan ini. Sampai tiba saatnya aku harus pakum mencari pekerjaan karena faktor ekonomi yang harus selalu mengandalkan dari orang tuaku, sebenarnya aku telah malu pada orang tuaku, karena anak seumuran aku, belum bisa membahagiakan kepada orang tuaku, bahkan harus selalu ketergantungan. Akhirnya aku menjadi seorang pengaguran yang tak jelas, kemana arah tujuan hidupku aku tak tahu. Tiga tahun aku harus terus berjuang mencari jati diri yang susah sekali ku dapatkan. Mungkin Allah masih bersamaku walaupun kadang aku melupakan perbuatan yang di murkanya, dan dia tak pernah tidur dia selalu memberikan pelajaran, cobaan yang mungkin akan menjadi bekal kelak ketika aku tua dan menjadi orang yang berhasil.
Dari berbagai pergaulan ku telusuri demi mencari jati diri yang tak pernah ku dapati, mula-mula aku tinggal di tempat saudara dari bapakku yang berada di salah satu kota di serang, pertama saudaraku ingin mencarikanku pekerjaan karena dia tahu selama ini aku menganggur, dan karena dia tahu aku adalah orang yang menurut dan patuh akhirnya aku di suruh tinggal disana membantu-bantu saudaraku di toko, disana selain aku membantu-bantu di toko aku juga mengantarkan sekolah anaknya. Aku senang sekali tinggal disana karena aku punya kesibukan walaupun aku tidak di gaji tapi setidaknya aku punya uang bila aku pergi kemana-mana, dari segi lingkungan pun aku senang karena tidak ada satu tekanan apapun, sampai 2 tahu aku tinggal disana walau pun pekerjaan yang saudaraku carikan tak pernah ku dapatkan.
aku kembali tinggal di tempat sebelum aku tinggal di serang yaitu di kampung dimana aku di besarkan. Aku terus mencari jati diri tanpa perduli dengan cita-cita yang aku impikan, akhirnya dengan segala usaha pekerjaan apapun tak pernah ku dapatkan dan cita-cita yang aku impikan pun semakin jauh, sejenak aku berkomentar kepada diriku “apakah aku akan menjadi orang miskin kelak bila aku tua nanti atau kah menjadi orang yang berhasil mengejar cita-citaku” .
aku tak pernah menyerah walaupun badai kehidupan begitu keras menerpa kehidupanku aku akan terus berjalan menyelami setiap titik-titik kehidupan yang sangat keras. Aku mulai berfikir positif dalam segala hal, baik kepada sang Kholik yang menciptakanku dan yang mengatur kehidupanku rijki jodoh dan maut, maupun kepada orang di sekelilingku keluargaku, dan teman-temanku. Aku mulai merasakan betapa berharganya hidup ini bila aku bersyukur dan selalu berpikir positif, teman-teman seangkatanku semua kuliah, sedangkan aku masih menjadi pengagguran yang tak jelas kemana arah hidupku. Berkat pikiran positif ku akhirnya aku menemukan jalan yang tak pernah ku duga sebelumnya, aku berpikir kalaupun aku tak kuliah mungkin hanya itu rijki yang di berikan kepada ku” tetapi akhirnya justru berkat pikiranku itu, akhirnya bapakku mau menguliahkan aku di mana pun pada waktu itu. Aku mencari tempat kuliah yang cocok dan tak terlalu merepotkan banyak kepada orang tuaku, aku ingin kuliah sambil bekerja, itu yang ku inginkan, kerja apapun yang terpenting halal dan tidak terlalu merepotkan orang tuaku, karena aku tahu masih banyak adeku yang masih sekolah dan butuh biaya yang banyak.
Jakarta adalah pilihanku saat itu, ada alasan yang sangat kuat kenapa aku harus kuliah di kota besar seperti Jakarta, yang pertama aku ingin mengejar cita-cita ku yang telah lama ku impikan, walaupun ku tahu Jakarta sangat begitu kejam, tetapi itu tidak menyurutkan niatku untuk menuntut ilmu di kota itu, aku punya angan-angan bisa bekerja sambil kuliah dan tidak merepotkan orang tuaku. Akhirnya kupilih salah satu kampus swasta di kota itu, setelah daftar di hari yang sama aku kemudian test, dan kemudian tidak lama pun akhirnya aku di terima di salah satu fakultas yang aku inginkan bahagia rasanya aku bisa di terima di kota itu walaupun aku tahu hidup di Jakarta tidak seenak hidup di kampung karena apapun harus dengan uang, terpaksa aku tinggal di kontrakan bibi dari ibuku (ALMH) walaupun tempatnya begitu sumpek karena selain bibiku ada 2 orang anak buah bibiku yang membantu bibiku bekerja di pasar, aku senang tinggal di tempat bibiku walaupun keadaanya sangat memrpihatinkan tempat yang sempit dan tempat yang amat kumuh, tapi semua itu harus ku jalani demi mengejar cita-citaku.
Pertama ku menjalankan aktivitas kuliah di kampus baru, senang rasanya hatiku bisa bangun pagi, bertemu teman teman baru, walaupun agak sedikkit malu-malu akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya kepada salah satu mahasiswa yang baru untuk menanyakan ospek yang sebentar lagi akan di mulai di kampus yang telah ku pilih itu.akhirnya ku tanyakan kepada salah satu masasiswa baru dan kami melihat pengumuman yang sudah terpangpang jelas di madding kampus, tetapi setelah ku baca persyaratan pesmaba harus melunasi segala adimistrasi sebagai salah satu syrat mengikuti ospek. Dengan uang yang tak ku miliki saat itu aku merasa tidak berdaya persyratan yang cukup ku bayar sebesar 3 juta rupiah, harus dari mana aku mencari uang sebesar itu, akhirnya aku pulang dari kampus dengan sejuta pikiran yang ada di benaku, aku berpikir orang tua ku tak mungkin bisa memberikan uang sebesar itu, karena ku tahu sebelum aku berangkat uangt satu juta pun sussah kudapatkan bahkan orang tuaku pinjam sana sini untuk bisa mendapatkannya.
Segala beban itu ku simpan sendiri takan ada orang yang tahu perasasnku, bibi ku pun hampir tak tahu apa yang aku pikirkan saat itu, dan bibiku pun aku rasa tak mungkin punya uang sebesar itu karena aku tahu penghasilan yang ia dapatkan dari berdagang kopi di sebuah pasar di tambah lagi beban bulanan membayar kontrakan, lapak, anak-anaknya sekolah di kampung, aku tak tega melihat semua itu di tambah lagi pengeluaran tiap hari.
Aku berdo’a semoga Allah memberikan jalan-NYA yang terbaik buat hidupku dan masa depanku. Ketika malam datang aku terus memikirkan apa yang ada dalam benaku saat itu, andaikan ku bisa melipat gandakan uang, agar aku bisa mencapai semua keinginanku dan membeli apa yang aku mau di kota jakrta, tapi aku sadar ini kehidupan tak ada kesuksesan yang bisa di raih dengan tumpang kaki dan berleha-leha, berbagai pemikiran terus merasuk kedalam pemikiran kosongku terus merasuk menuju sumsum di cerna oleh otak tapi tak ada satu pun pemikiranku yang menenangkan pikiran semuanya menjadi buyar tambah kacau.
Akhirnya aku keluar dari kontrakan menuju sebuah pasar dimana bibiku berjualan kopi disana, suasana pasar yang begitu ramai dengan rutinitas yang selalu berjalan siang dan malam, ku berjalan menusuri pedagang-pedagang yang ada di emperan pasar, sambil memikirkan yang tak tentu, tiba-tiba ku berhenti di salah satu pedang emperan yaitu penjual kaset VCD/DVD tiba-tiba inspirasiku datang kedalam otakku. Aku berniat berjualan kaset VCD di emperan dengan uang yang aku pegang aku ingin membelanjakanya di tempat di mana mereka membeli kaset VCD bajakan untuk di jual kembali.
Keinginan itu sangat kuat karena aku tak ingin begitu merepotkan keluargaku, walaupun pada dasarnya aku belum bisa mengahsilkan uang, tapi aku harus bisa membuktikan kepada orang tuaku bahwa dengan jalan ini aku bisa kuliah dan kerja tanpa harus merepotkan orang tua ku di kampung dan bibiku di Jakarta yang aku tumpangi.
Bersambung…………………………………..!!

Masih banyak jejak hidup ku yang tak ku tuangkan dalam catatan kecil ini dan belum ada anding dalam cerita hidup ku yang pasti aku masih mengejar kimpian itu.
Hanya Allah yang tahu anding dari cerita hidupku kapan puncak kebahagiaan dalam hidupku.
Kadang gua pengen jadi orang terkenal dan punya banyak harta. agar, apa yang gua inginkan bisa gua miliki. Tapi itu hanya dalam hayalku saja……..!!
Betapa senangnya jadi konglomerat, exsecutive muda, bintang film.
Kesuksesan buat gua adalah mengalahkan rasa malu dan berani hidup apa adanya…..!!
Ikhlas dalam mejalankan hari-hari yang suram, kata orang jawa “nerimo” mungkin itu lebih baik dari selalu menuntut dan tidak pernah merasa puas dengan kenyataan hidup.


“Obsesi selebritis”

Ucapan terima kasih

Teriring do’a ku yang paling tulus ku ucapkan kepada mendiyang nenekku yang sangat ku cintai yang sudah tenang di alam sana, semoga segala kebaikannya mendapatkan balasannya dari Allah SWT, yang dengan tulus menyayangiku dengan sangat iklas dan sabar membesarkanku, tak pernah ku bayangkan dia cepat sekali meninggalkanku sejak ku duduk di kelas 6 sekolah dasar, belum sempat ku bersujud dan memohon ampun kepadanya, belum sempat ku membalas segala jasa keikhlasannya, begitu banyak pelajaran yang telah ku petik dari beliau, ketulusan, kerasnya hidup, dan ajaran rohani yang secara tidak langsung telah ku serap darinya….!! Nenekku yang tercinta semoga kou tenang di sana, di peristirahatanmu.
Kepada ibunda tercinta, yang telah meninggalkan ku sejakku berumur 30 hari setelah di lahirkan, walaupun aku belum pernah menatap wajahmu, tapi dengan rasa homat dan iringan doa ku menyertaimu, kou telah mempertaruhkan nyawamu demi hidupku, saat melahirkanku, walaupun belum pernah ku meraba wajah mu bahkan aku tak tahu dirimu, aku berdoa semoga kou tenang di sana wahai ibunda ku tercinta, beristirahatlah dengan tenang, semoga suatu saat nanti aku bisa menatap wajahmu di alam yang sama……..!!
Kepada kakaku tercinta yang telah meninggalanku, salah satu orang yang mencintaiku dan menyayangiku, telah pergi sejak aku duduk di bangku SMP,semoga kou tenang di sana aku selalu mendoakan mu istirahatlah dengan tenang…….!!
Semoga aku bisa jadi orang yang berguna dan bisa membahagiakan kalian disana. semoga kalian tidak kecewa denganku, semoga suatu saat nanti impianku bisa tercapai, aku akan selalu belajar hidup mandiri, bayak sekali kerikil-kerikila tajam yang ku hadapi sendiri, perih dan kerasnya kehidupan kini ku arungi sendiri, dengan bekal yang kalian berikan kepadaku, akhirnya kini ku telah bisa hidup mandiri, walaupun aku belum berpenghasilan tetap, tapi aku terus berjuang mencari kehidupan yang lebih layak, agar menjadi orang yang berguna. Maafkan aku bila aku selalu mengecewakan kalian, aku hanya manusia biasa yang tak pernah luput dari dosa. Tapi semoga suatu saat nanti aku bisa membuat kalian bangga, dan Allah memberikan pertolongan kepadaku, walaupun aku tak pantas mendapatkannya.
Mudah-mudahan Allah selalu memberikan pertolongan kepada kalian, semoga Allah dapat ,mengampuni dosa-dosa kalian.
Dan semoga suatu saat nanti harapan ku mejadi orang terkenal akan bisa terwujud, demi mengejar cita-cita yang tertanam dalam jiwaku, aku akan terus berusaha demi naluri ku yang terus meracuni otakku untuk mengejar cita-citaku.










Sebuah impian,
Saya dan istri plus dua anak kami sekarang berdomisili di Sydney - Australia, kira-kira sdh hampir 7 tahun. Yang ingin saya bagikan ke penggemar KoKi adalah impian saya jauh sebelum saya bertemu istri, malah saya masih duduk di sekolah dasar di Bandung.
OK, kenalkan nama saya Irawan (bukan kerabat dari artis Ria Irawan lho). Saya anak ke:6 dari delapan bersaudara yg jumlah cowok dan ceweknya sama banyak, jadi kalau lagi berantem sama kuatnya. Saya anak pertama yg dikirim (dibela-belain) oleh orangtua untuk bisa masuk ke Universitas. Bukan karena pilih kasih tapi memang kondisi ekonomi tdk memungkinkan. Kedua orgtua kami bukan org berpendidikan shg tdk bisa bekerja di tempat yg hebat-hebat.
Ayah bekerja sbg pegawai toko dan ibu membantu sebisanya, a.l: membuat jajanan untuk dijual di depan rumah. Pernah juga pada suatu saat membuka warung kecil yg menjual berbagai bumbu dapur tapi lalu bangkrut krn terlalu banyak yg berhutang dan seringkali tdk bayar. Kami tinggal di gang sempit yg penghuninya setali tiga uang dengan kami, sama-sama bokek. Ha...ha...ha.... Tapi hebatnya orangtua kami, kelima kakak diatas saya semua lulus SLTA walaupun mengambil sekolah kejuruan dengan tujuan spy bisa langsung mendapat kerja. Jadi ada yg mengambil Sekolah Asisten Apoteker (SAA), SMEA, dan STM. Walaupun tdk jarang orangtua harus mencari pinjaman kesana kemari untuk bayar uang pangkal di awal tahun ajaran.
Anak SD dan impiannya
Saya beruntung dikaruniai otak yg lumayan encer dan selalu juara di kelas. Suatu hari waktu kelas 3 SD, guru kelas saya mendekati saya waktu jam istirahat. Beliau bilang begini: "Nak, apa cita-citamu?" Saya tdk bisa langsung menjawab krn selama ini tdk ada yg bertanya spt itu. Setelah diam sejenak saya menjawab: "Saya ingin keluar negeri, Bu, ingin sekolah keluar negeri dan mungkin tinggal di luar negeri juga". Sang guru tersenyum sambil menepuk pundak: "Ah,..tinggi juga cita-citamu, Nak. Belajarlah terus yg rajin, jadi anak pintar dan Ibu yakin cita-citamu akan tercapai."
Kata-kata ibu guru itu terus terngiang-ngiang di telinga saya sampai berbulan-bulan kemudian. Akhirnya tiba waktunya kenaikan kelas dan kembali saya menjadi juara kelas. Dengan berlari-lari saya menuju ke kelas kakak saya di kelas 5 dan spt biasa kami berboncengan pulang ke rumah naik sepeda. Saya rasanya sdh tdk sabar unt memperlihatkan raport saya ke ibu dan saudar-saudara. Mrk semua pun ikut gembira. Lalu saya bilang pada mrk: "Kata Ibu guru, aku bisa pergi ke luar negeri kalau terus belajar yg rajin dan sekolah yg pinter". Geeerrr......semua saudara menertawakan saya. Ibu tdk menertawakan saya tapi beliau bilang begini: "Nak, cita-citamu terlalu tinggi. Kita ini miskin, untuk makan saja susah, bagaimana mau ke luar negeri." Saya tdk menjawab apa-apa, hanya dlm hati saya tetap ngotot bhw kata-kata ibu guru pasti benar.
Tahun-tahun berlalu.
Saya rajin mengumpulkan gambar-gambar pemandangan di luar negeri dari kalendar. Saudara-saudara saya masih juga sering menertawakan saya setiap kali melihat saya menggunting gambar-gambar pemandangan tsb. Mrk bahkan sering menjuluki saya "Si tukang mimpi". Tapi "impian" saya tdk pernah pudar walaupun lingkungan tdk mendukung sama sekali. Akhirnya saya pun lulus dari SMA dengan nilai bagus walaupun tdk juara. Dengan "jaminan" dari orgtua bhw mrk sanggup membiayai kuliah saya, sayapun ikut test di PT swasta terbaik di Bandung. Ketika mengisi kolom "sumbangan", tertulis disitu: min. sumbangan adalah Rp.125.000,-. Mengingat kemampuan orangtua yg minim, sayapun mengisi dengan jumlah minimum yg diperbolehkan.
Sementara menunggu hsl test, saya dapati tdk ada seorangpun dari teman-teman saya yg mengisi dengan jumlah minimum, malah semua mengisi dengan jutaan rupiah. Saya hanya bisa berdoa bhw hsl test saya betul-betul bagus shg bisa diterima regardless sumbangan yg sangat sedikit. Doa saya terkabul, saya lulus test dan diterima. Orgtua pun sibuk mencari pinjaman untuk membayar uang sumbangan sebesar Rp.125.000,- tsb. Selama kuliah, untuk meringankan beban orgtua, saya memberi les untuk anak-anak SMA, khususnya mata pelajaran Fisika dan Matematika sampai saya lulus 1 semester lebih awal dari teman-teman seangkatan saya.
Tigapuluh empat tahun berlalu sejak ibu guru di kelas 3 SD memberi semangat pada saya bhw asal saya rajin dan pintar, saya bisa mencapai cita-cita saya. Dan selama itu pula lah saya pegang kata-kata beliau yg ternyata sekarang menjadi kenyataan.
"Impian" saya yg sering ditertawakan dan dibuat guyon oleh keluarga saya ternyata menjadi kenyataan. Saya sdh merasakan sekolah (kuliah) dan tinggal di luar negeri. Sungguh perjalanan yg sangat jauh, dari gang sempit dan becek di Bandung sampai ke Sydney. Saya percaya kata orang bijak yg kurang lebih bunyinya adalah: dream big and you’ll find success.
Terimakasih untuk Zev yg sudah membaca tulisan saya dan salam kenal untuk semua penggemar KoKi. Saya bisa bayangkan ekspresi istri saya yg pasti terkejut kalau melihat
Beberapa bulan terakhir ini saya harus berurusan dengan dokter. Tiga orang dokter yang berbeda. Dari dokter pertama yang memeriksa/mendiagnosa, kemudian beliau merefer untuk ditindak lanjuti ke dokter ke 2. Setelah dari dokter ke 2 saya harus menjalani treatment/perawatan ke dokter ke 3. Jika treatment dari dokter ke 3 selesai, saya masih harus kembali ke dokter pertama untuk dilihat dan diberi perawatan lainnya dan juga akan terus menjadi pasiennya untuk cek rutin.
Sangat terkejut mendengar semua yang disampaikan pada saat kunjungan ke dokter pertama tersebut. Kaki melangkah gontai meninggalkan ruangan dokter. Kepala ini diliputi pikiran macam-macam. Kenapa saya harus mengalami ini ?! Kenapa saya harus menjalani perawatan ini ?! rasa marah terhadap diri sendiri !! Terbayang akan semua biaya-biaya yang harus dikeluarkan, yang saya yakin asuransi hanya akan melunasi sebagian saja. Saya sangat marah !!! Jika saja saya terlahir kembali, saya tidak menginginkan kondisi ini. Ingin rasanya berada dekat ibu, ayah dan keluarga lainnya, bercengkerama melupakan keadaan diri.
Beberapa hari mata ini sulit dipejamkan. Keadaan ini sangat mengganggu hari-hari. Saya merasa asing dengan diri sendiri.... Saya merasa bukan menjadi diri saya yang sebenarnya. Tidak bisa lagi tertawa...bercanda..yang ada dipikiran ini hanyalah dokter..dan dokter serta rasa khawatir yang amat sangat. Makan menjadi tidak karuan, tidak ada selera. Rasanya saya ingin membuka mata dan menemukan bahwa saya telah bermimpi. Tetapi ternyata mata ini telah terbuka dan mendapatkan inilah realita yang sedang saya alami. Ingin rasanya berlari dan bersembunyi di suatu tempat yang asing dan tidak memperdulikan kenyataan ini. Rasanya saya sangat marah...dan marah berhari-hari....
Sampai suatu pagi...ketika melihat refleksi diri ini di depan cermin....disana terlihat seseorang yang masih bisa ’mendengar’ dengan sempurna, bisa ’melihat’, bisa ’merasa’, bisa ’menghirup udara’, bisa melakukan aktifitas dengan masih dilengkapi oleh kedua tangan dan kaki. Pelan..pelan ...diri ini mulai menyadari segala keberuntungan ini... menyadari akan segala sesuatu yang masih saya miliki....Menyadari bahwa diri saya tidak terbaring di tempat tidur dalam keadaan tak berdaya. Saya masih bisa berjalan, berlari, berbicara, serta melakukan hal-hal lainnya. Masih banyak penderitaan yang lebih buruk yang diderita orang lain, dibanding diri ini. Tersadar bahwa apa yang saya alami ini tidak terlalu serius. Hanya saja jika dibiarkan akan mengganggu dan berakibat yang lebih parah nantinya. Rasa marah itu mulai menghilang perlahan-lahan. Berganti menjadi rasa syukur karena saya diberi kesempatan untuk menjalani perawatan ini.
Hari-hari sudah mulai berjalan normal. Saya sudah bisa menerima kenyataan hidup yang sekarang ini sedang saya jalani. Kemarahan itu hanyalah suatu proses dalam diri yang ’kaget’, ’tidak mau dan tidak siap’ saat menerima ’kenyataan pahit’ yang ada. Saat kita menerima suatu kenyataan hidup yang ’tidak ingin’ kita terima, rasanya kita merasa sangat marah, sedih, terpukul, bermacam perasaan yang tidak karuan. Rasanya tidak mau menerima ’kenyataan pahit’ yang ada. Musibah..kegagalan, putus cinta, perceraian, kematian, kebangkrutan, kesepian, dipecat dari pekerjaan, kehilangan, perpisahan, penyakit, dan berbagai ’kenyataan pahit’ yang ’tidak ingin’ kita terima. Satu hal yang dapat menenangkan dan menormalkan keadaan hati (selain berdoa kepada-Nya) yaitu melihatlah ke "bawah".
Teringat akan satu ilustrasi :
"Seseorang yang sangat menginginkan sepasang sepatu baru, tetapi belum sanggup membelinya. Orang itu terus-terusan mengeluh bahwa sepatu yang dia pakai sudah tua dan tidak nyaman lagi. Dia terus mengeluhkan sepatu lamanya tersebut..dan sangat ingin memiliki sepasang sepatu baru. Orang itu terus mengeluh dan mengeluh....Sampai akhirnya ...dia bertemu seseorang yang tidak memiliki sepasang kaki..."
Melihatlah ke ’bawah’...dan kita menyadari bahwa kita bukanlah satu-satunya manusia yang paling menderita di muka bumi ini...
Ternyata rasa marah di diri ini telah benar-benar hilang. Saya sudah bisa menerima keadaan diri dengan lapang. Saya masih akan terus menjalani perawatan semaksimal mungkin dan berharap kesehatan ini akan berangsur membaik. Saya tidak mau memikirkan dan dipusingkan oleh tagihan-tagihan dokter. Saya yakin akan selalu ada jalan keluar untuk itu. Karena Yang Di Atas tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umat-Nya.
CANTIK ALA JAWA)
Setiap orang suka melihat sesuatu yang indah-indah. Keindahan pada fisik manusia dalam bahasa indonesia disebut dengan kata cantik. Asalnya kata cantik hanya untuk keindahan fisik wanita. Pada perkembangan makna kata, ada juga yang menyebut permainan sepakbola yang cantik, rumah yang cantik, pemandangan alam yang cantik dan sebagainya. Menyambung kriteria kecantikan yang menjadi topik KoKi kemarin, saya jadi terdorong untuk menulis tentang kriteria cantik menurut pujangga Jawa.
Para pujangga Jawa menggambarkan kecantikan manusia dengan menganalogikan dengan alam. Pengambaran kecantikan ini disebut “CANDRA”. Disebutkan dalam sebuah buku tentang candra ini, antara lain begini:
Dasare putri linuwih dst.. Memang putri yang berkelebihan, selanjutnya diterangkan tentang kelebihan seorang wanita dari sudut pandang budi bahasa dan intelektualnya. Jadi inner beauty jadi kriteria pertama. Tapi.. ada tapinya nih.. selanjutnya merupakan physical kriteria, yaitu : “REKMA MEMAK NGEMBANG BAKUNG”. Untuk jadi cantik semestinya berambut tebal, dan sedikit berombak seperti bunga bakung. Bukan lurus dan bukan kriting. Tentu berwarna hitam legam.
Alis mata yang cantik bila berbentuk seperti bulan sabit, penampakan bulan di awal bulan Jawa (kalender yang di dasarkan pada peredaran bulan). Maka dikatakan ALISE NANGGAL SEPISAN”. Untuk mencapai kriteria ini, jaman dulu banyak wanita yang mencukur alisnya, dan akibatnya malah jadi wagu, tidak alami lagi. Mata yang cantik dicandra “MRIPATE NDAMAR KANGINAN”. Mata berbinar seolah lentera yang lincah bergerak tertiup angin, tapi bukan jelalatan. Hidung yang cantik menurut pujangga Jawa “GRANA NGRUNGIH NGUDUP MLATI”, berbentuk seperti kuncup bunga melati, kecil dan runcing. Sedangkan bibir diharapkan “LAMBENE NGGULA SETHEMLIK”, kecil, seperti gula yang hanya sethemlik atau sedikit.
Kata sethemlik susah dicari padan katanya dalam bahasa Indonesia. Intinya bibir itu mungil. Mungkin juga manis seperti gula atau berwarna kemerahan gula Jawa? Saya sendiri kurang paham. Wanita juga akan tampak cantik bila “UNTUNE MIJI TIMUN”. Giginya seperti biji mentimun. Kecil-kecil dan berderet rapi. Juga mempunya leher yang dikatakan “GULUNE NGOLAN-OLAN”. Leher yang panjang dan ada garis-garis di leher seperti kalung alami. Bentuk tanganpun tak luput dari perhatian si pujangga. Disebutkan bahwa “TANGANE NGGENDHEWA PINENTHANG”. Kalau tangan direntangkan akan jadi sedikit melengkung seperti gendhewa panah yang direntang. Para penari jawa biasa dipilih yang punya tangan model begini, karena akan menjadi nampak indah dalam memainkan gerakan tangan dalam tariannya.
Jari-jemari tangan wanita dianggap cantik bila kecil-kecil, runcing dan panjang. Ini dikatakan “DRIJINE MUCUK ERI”. Kemudian cara berjalan harusnya seperti jalannya harimau lapar. “LAKUNE KAYA MACAN LUWE”. Ini bagaimana ya? mungkin lemah gemulai, tetapi mantap. Untuk kulit, tetap warna kulit terang menjadi pathokan. “KULITE KUNING TEMU GIRING”. Berkulit kuning seperti temu giring sejenis kunyit, tapi tidak sekuning kunyit. Bentuk tubuh digambarkan “SLIRO SRENTEG NGAWAK DARA”. Body ideal berbentuk seperti burung dara. Jadi bukan tinggi langsing. Tapi seperti seperti body merpati, sedhet. Tapi ada istilah juga lencir kuning. Tinggi dan kuning.
Itulah kriteria cantik ala pujangga Jawa yang saya ingat. Para pujangga itu kok njlimet sekali ya.. Namun demikian, inilah salah satu bagian dari sastra Jawa yang merupakan warisan budaya “kebinekaan” Indonesia.
Setiap jaman dan tempat punya selera masing-masing untuk menyebut sesuatu sebagai indah. Namun yang perlu diingat adalah bahwa, yang dicari dalam hidup setiap orang adalah kebahagiaan, bukan kecantikan. Dan kebahagiaan datang dari dalam diri kita, suasan hati kita. Bukan suasana tampang dan suasana kanthong.
Terimakasih Zev, bila sudi menjadikan tulisan ini menjadi salah satu yang ditampilkan sebagai sumbangan untuk KoKi. Salam dari sebuah pulau di negreri rantau, ILHAM Samodra.
Ciuman "Hot")


Sudah lama sekali saya selalu mengikuti KOKI tapi mau nulis koq ngga pernah sempat & kadang saking banyaknya yang mau ditulis malah bingung sendiri. Sebelumnya makasih, kalo tulisan saya ini sempat di muat.

Saya ingin berbagi pengalaman selama saya tinggal di Australia, khususnya pengalaman saya bergaul dengan beberapa orang Indonesia disini. Bagi saya berteman dengan sesama orang Indonesia di rantau itu gampang-gampang susah, kalo cocok bisa jadi temen (kaya sodara sendiri) tapi kalo yang ga cocok... waahh di gossipin kesana-kemari. Tapi saya ambil hikmahnya aja, kalo cocok yah ayuk temenan...kita saling making effort...tapi kalo ga cocok yah paling ketemu seperlunya saja...pas ngumpul bareng-bareng ngga usah one on one. Trus ngobrol ya yang ringan-ringan saja ngga usah detail.

Saya ingin menanggapi ada yang ngirim tulisan tentang suami yang umurnya lebih tua kalo ngga salah...mixed couple gitu. Saya bisa mengerti, bagaimana nyebelinnya kalo kita di judge hanya karena suami kita jauh lebih tua dari kita. Kebetulan (namanya jodoh) suami saya hampir seumur dari saya, tapi banyak juga temen saya disini yang suaminya jauh lebih tua...buat saya it’s no problem..ngga mempengaruhi pergaulan saya dengan mereka, as long as mereka juga mau temenan sama saya.

Cuman ada satu hal yang kadang bikin saya merasa risih...ngga tau kalo menurut sodara-sodara yang laen gimana. Sering saya liat ada pasangan campur (asian & caucasian)..yg cowoknya jauh keliatan lebih tua dan ceweknya masih muda sekali... mereka tuh cium-ciuman & gelendotan di tempat umum..ciuman seperlunya seh ngga papa ya...this is a free country, cuman kalo di tempat umum tuh cewe di pangku trus ciuman yang over koq menurut saya kesannya malah pamer ya...nah yang liat kan jadi ngerasa gimana gitu...apalagi jelas-jelas keliatan bule berumur & cewe muda...asia lagi...please saya jangan ditimpukin ... seperti yang saya bilang sebelumnya, i got no problem ngeliat pasangan campur yang suaminya jauh lebih tua. Yang saya ngga cocok tuh tingkah laku mereka di public...ngga semua sich...tapi ada beberapa.

Mungkin mereka pikir, di barat kan orang bebas berciuman yg hot-hot hehe..di public, lha tapi coba dipikir berapa persen dari orang barat yang ciuman extra hot (kaya sambel aja) di public?, kebanyakan dari pengamatan saya mereka biasanya yah seadanya ... ciuman seadanya & gandeng tangan...peluk pinggang, rangkul di bahu.. tapi kalo yang extra hot biasanya "behind closed doors" deh.

Trus ini soal beberapa students indonesia yang saya tau nich, sekali lagi...ini ngga semua tapi kebetulan ada beberapa yang saya alami sendiri. Ada yang datang minta tolong ini dan itu, saya ngga papa dimintain tolong...orang kita sama-sama tinggal dirantau...toh saya juga pasti membutuhkan pertolongan orang laen...ya ngga?. Tapi ini ada yang demen belanja-belanji baju-baju bermerk ini dan itu, begitu giliran buat bayar tagihan listrik udah ngga ada duit...alhasil pinjem kan...tapi mbayarnya ngga tau kapan...hehehe...ya otomatis saya kapok minjemin lagi. Trus ada yang senengnya makan gratis...tapi ga pernah mau gantian...

Trus ada lagi nich Zev, berhubung saya kerja sambil kuliah...ya otomatis waktu saya buat socializing ngga banyak kan, ada beberapa orang indonesia yang baru datang kesini kadang mengharapkan diantar kesana-kesini....saya tau mereka butuh bantuan karena belum tau mana-mana...tempat belanja groceries dll...tapi kalo pas mereka nelp minta diantar saya seringnya lagi sibuk sekali, biasanya dengan tugas-tugas dari kuliah, waktu weekend saya juga selalu sibuk nyelesain tugas...malahan waktu buat suami saya aja kadang ga ada, karena dia juga sibuk kerja. Nah kalo udah begini... saya dikatain sombong lah, sok sibuk...trus katanya saya kebarat-baratan sok individualis..nggaya mentang-mentang lakinya bule...lho padahal apa hubungannya ya? toh kalo pas saya bener-bener ada waktu, saya ngga keberatan nelponin dan nganterin?

Makanya Zev, semuanya itu saya ambil hikmahnya aja, toh temen-temen saya banyak yang sibuk kaya saya, jadi kita hang out ya kalo pas sama-sama ada waktu, kalo yang nganggap saya sombong ya biarin aja...mudah-mudahan mereka bisa ketemu orang laen yang schedulenya sama dengan mereka.


Kangmas Sarimin
Dear zev, saya tidak nge fan dengan mas Sarimin (apa memang benar namanya Sarimin ?) tapi koq kepencut dengannya setelah membaca tulisannya yang « pas » untuk saya. Benar, mas, hawa napsu itu bagian dari diri manusia, tapi masalahnya koq kita sering kalah dan yang disalahkan orang atau hal lain. Di Indonesia, banyak rumah dipagari tinggi, tapi kalau maling nggak tahan napsu, ya tetap saja masuk, bahkan satpam dibunuh.
Di sini , saat ini udara sudah bagus, mulai musim cuci mata di pantai, untuk kaum hawa kalau mau menikmati seribu satu wanita berserakan dengan pakaian renang minim, bahkan telanjang dada, monggo saja, tapi saya merasa koq ya para lelakinya cuek tuh. Menahan hawa napsu tidak gampang memang, kemarin saya ingin banget makan rendang, saya lihat persediaan bumbu dari indo yang saya bawa tahun lalu, bumbu rendang, opor, soto ayam tapi apa daya saya harus membuang semuanya karena sudah kadaluwarsa, takut keracunan, padahal hawa napsu makan saya sudah diubun ubun pengen makan rendang !
Semuanya tergantung kita sendiri, aduh Zev kurang apa sih iman orang indo yang semuanya beragama dan tak kurangnya para ulama, tokoh agama menyebarkan yang terbaik sesuai dengan agamanya, tapi koq ya kejahatan karena hawa napsu tetap saja ada. RUU bukan pilihan terakhir menyelesaikan masalah itu, ibarat terkekang dengan RUU malah takutnya orang malah sembunyi sembunyi melanggarnya, seperti puasa, kalau niatnya puasa, ya apapun sikonnya tetap puasa. Apalagi kita hidup bersama orang lain , agama lain, semua ciptaan Tuhan. Salam damai dan untuk mas Sarimin, ditunggu critanya yang lain. Matur nuwun.
Setuju dgn Sarimin-san

Membaca tulisan Sarimin, wah rasanya ingin menangis. Saya sendiri kurang jelas kenapa pengen nangisnya ahahaha.. yang jelas ada rasa bangga, bahwa ternyata masih ada Sarimin yang berpikiran seperti itu. Jujur saja, susah sekali ya memberi tahu atau memberi masukan sama org2 Indo yang fanatik itu, mbok ya jangan terlalu bebal, toh ini buat kelangsungan hidup rukun beragama di indonesia, apa mereka itu tidak cinta kerukunan atau bagaimana sih? Yah memang kita tidak bisa menyalahkan mereka mentah2, karena faktor pendidikan dan yang lainnya ikut menentukan.
Kita semua sama2 lahir di Indonesia, tumbuh, sekolah, cari pekerjaan, cari makan, bahkan mungkin nanti meninggal di Indonesia. Sudah turun temurun kan? RUU APP hanya menguntungkan sebagian orang, dengan yang lain? Bagaimana dgn Bali yang katanya mau memisahkan diri kalau memang RUU APP disahkan? Apa kalian rela kehilangan sekian persen devisa negara demi menertibkan hal2 yang sebenarnya bisa menjadi urusan hati dan kepala masing2 orang? Sementara semua juga tahu Indonesia masih sangat bergantung pada penghasilan pulau Bali. Sebaiknya tetap jadikan Indonesia negara 5 agama yang kelangsungan antar agamanya tetap dijunjung tinggi baik di Indonesia sendiri, maupun dimata dunia. Jangan asal mendukung, jangan asal memutuskan.
Tanggapan Sarimin dan Badai

Saya mau kasih komentar buat suratnya Sarimin-san mengenai "Oasis di padang gurun". Saya setuju sekali dengan pendapat Sarimin-san. Saya jadi inget omongan Gus Dur dulu "kalo ada anak kecil coret2 tembok rumah anda, apa anda mau hukum dan kasih tahu anak kecil itu atau hancurkan temboknya?". Menurut saya yg penting itu bagaimana kita menjaga pikiran dan hati kita, yang namanya godaan selalu ada. Saya juga jadi teringat omongan salah satu Romo pembimbing saya saat dia melihat penjaga gereja saya memarahi anak2 kecil yang sedang jajan di depan gereja saat masa prapaskah, yang mana bagi umat katolik itu merupakan masa2 puasa dan pantangan. Romo saya itu bilang "gak usah marah2 ama anak2 itu, orang namanya puasa ya ini tantangannya kalo kita puasa gak ada godaannya itu sama saja, puasa khan tujuannya bikin iman kita tambah kuat bukannya kita lari dari godaan". Seandainya rakyat Indonesia bisa berpikir seperti Sarimin-san dan Romo saya itu pasti negara Indonesia raya kita makin maju.
Saya nulis ini sambil liat hujan deras dari jendela kamar, sudah dua hari hujan maklum lagi musim semi bentar lagi juga hujannya mereda trus 2-3 minggu lagi summer datang dan panas pun melanda. Sebenarnya saya udah mau tulis email minggu lalu mau cerita angin topan Mutiara (zhenzhu dai feng).

Minggu lalu sebagian kota di pesisir selatan china terkena angin topan yg memakan 40 korban jiwa dan tak terhitungkan pohon tumbang, masi untung kota yang saya tinggali ini cuman terkena buntutnya. Tapi walau cuman buntut topan, cukup bikin kita semua dag dig dug soalnya anginnya kuat banget sampai2 pagar lapangan tennis di sekolah ancur. Yah sekali lagi untungnya badainya cuman 1 hari, hari berikutnya selesai bahkan langitnya jadi bersih dan biru sekali. Sampai2 banyak yang berkomentar "wah ternyata badai itu gak sepenuhnya jelek dia bisa membersihkan langit yg biasanya terpolusi sekali!". Yang lucu adalah ketika 1 hari sebelumnya di beri peringatan dimana2 soal badai dimana kita disarankan stock makanan, air dan lilin (jaga2 kalo mati lampu dan air). Langsung aja kita2 apalagi para pelajar asingnya menyerbu mini marketnya sekolah dan barang yang paling byk dibeli yaitu mie instan. Karena takut saya juga ikut rame2 borong mie. Sekarang kalo diinget2 lucu aja.
Tanggapan untuk Prenuptial Agreement

Prenuptial agreement sebenarnya bukan masalah percaya atau ngga percaya si "calon" dengan pasangannya, tapi melainkan juga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan setelah menikah dan melindungi asset pribadi dari si suami atau si istri yang mereka punya sebelum menikah, biasanya digunakan untuk menghindari hal- hal yang tidak diinginkan. Memang secara logika manusia bisa meramal atau menginginkan perkawinannya langgeng dan hidupnya berkecukupan tapi Tuhanlah yang menentukan semuanya, karena itulah dibuat gagasan prenuptial agreement ini.
Misalnya saja sewaktu pacaran/tunangan katakanlah si calon suami itu gemar berjudi tanpa sepengetahuan si calon istri. Dan kebiasaan buruknya dibawa sampai di si pria ini menikah dan mengakibatkan seluruh harta harus disita untuk membayar ganti rugi hutang2 suami tersebut yang pakai untuk berjudi, sedangkan harta didalam perkawinan tersebut bukan hanya milik suami melainkan juga milik si istri karena si istri terbilang sudah kaya baik karena warisan maupun karena usaha. Maka pihak penyita tidak dibenarkan menyita seenaknya dari harta si istri tersebut karena yang berhutang bukanlah si istri melainkan si suami. Jadi boleh dibilang harta si istri selamat karena perjanjian prenuptial yang dibuat di depan notaris sebelum menikah.
Di Afsel dan Namibia sendiri perjanjian seperti ini sudah umum dan banyak dimiliki oleh kalangan pebisnis disini untuk alasan tertentu. Bahkan banyak pula yang tidak segan-segan untuk bercerai dan menikah ulang hanya untuk mendapatkan prenuptial ini. Karena perjanjian prenuptial disini sendiri tidak bisa dibuat setelah menikah, tetapi harus dibuat sebelum menikah, karena itu banyak yang memilih bercerai dan menikah ulang seperti yang saya sebutkan diatas. Di Afsel atau Namibia mereka menyebutnya "Married out of community property"
Misalnya saja seorang businessman/business woman semula usahanya sukses dan menikahi wanita atau pria yang biasa-biasa saja dari segi materi, maka mereka umumnya akan membuat prenuptial agreement ini untuk melindungi asset masing - masing. Misalnya sewaktu menikah si businessman atau business woman tersebut menghadiahkan sebuah rumah atau mobil atas nama si istri atau suami yang dinikahinya dan si business woman atau businessman ini tiba-tiba usahanya bangkrut atau terlibat penggelapan pajak, maka si pihak penyita tidak berhak untuk mengambil harta dari si suami atau si istri tersebut untuk menutup hutang pajak atau hutang businessnya karena mereka telah menikah sah didepan hukum dan mempunyai prenuptial agreement yang disahkan oleh badan hukum.
Memang dari segi "feeling" kita menikahi pasangan kita dengan alasan "LOVE" saya sendiri jujur saja sangat berat untuk menandatangani perjanjian ini sebelum saya menikahi suami saya, karena alasan saya dulu "kenapa sih kok sepertinya si calon suami saya ini ngga percaya?", padahal setelah itu kalau dipikir ada untungnya juga misalnya sewaktu waktu kalau saya punya banyak rezeki entah warisan atau lainnya dan semuanya atas nama saya dan sewaktu-waktu di menghianati saya, dia tidak dapat mengambil harta saya begitu saja untuk dibagi dua dengannya, karena saya memegang perjanjian ini.
Perjanjian tersebut juga sangat berguna disini jika sewaktu - waktu misalnya si suami meninggal dan meninggalkan hutang berupa tunggakan cicilan mobil atau rumah kepada Bank, maka pihak Bank tidak bisa langsung membekukan uang simpanan si istri karena mereka "Married out of community property" yaitu mereka mempunyai prenuptial agreement. Lain halnya jika mereka "Married in community property" maka pihak Bank akan langsung membekukan simpanan dari si istri tersebut untuk membayar pelunasan mobil atau rumah si suami jika tidak mempunyai asuransi kepemilikan rumah.
Di Indonesia sendiri perjanjian seperti ini belum termasuk umum dikalangan masyarakat, sehingga sewaktu bercerai mereka selalu ribut dalam hal pembagian harta gono gini. Seperti misalnya selebriti Indonesia "Made Huges", jika si Made Hughes ini mempunyai perjanjian prenuptial agreement sebelum nikah maka saya rasa harta gono gininya tidak bisa diputuskan untuk di bagi dua, karena dari pihak wanita memang sudah membawa harta sebelum menikah. Tapi entahlah hukum di Indonesia, saya sendiri jujur kurang paham, apakah badan hukum memperbolehkan membuat prenuptiall agreement sebelum nikah atau tidak, dan jika boleh apakah setelah itu digunakan atau tidak jika sipasangan bercerai.
Di Afsel atau Namibia, Jika ada pasangan suami istri yang ingin bercerai, dalam pembagian harta yang dimaksud harta gono gini dan boleh di bagi dua adalah harta yang didapat setelah menikah dan atas nama kedua pasangan tersebut, misalnya joint account di Bank , atau rumah dan mobil atas nama berdua. Lainnya jika harta tersebut atas nama masing-masing dan si pasangan tersebut sudah mempunyai prenuptial agreement maka tidak bisa otomatis dibagi dua. Harta yang langsung dibagi dua ialah jika tidak mempunyai prenuptial agreement (Married in community property).
Kadang ruginya jika sang suami atau sang istri melakukan infidelity. Misalnya si X bersuami si Y, mereka mempunyai prenuptial agreement, dan si Y ini melakukan infidelity kepada si X maka ketika mereka bercerai si X ini tidak bisa menuntut ganti rugi akibat perbuatan si Y tersebut dengan cara meminta sebagian dari harta si Y. Karena mereka mempunyai prenuptial agreement. Lain halnya jika si Y ini willing untuk memberikan sebagian hartanya kepada si X maka si X pun akan mendapatkannya jika tidak rugilah si X ini, sudah hatinya hancur akibat infidelity, si X pun tidak bisa mengklaim sebagian dari harta si Y sebagai ganti rugi. Yang mungkin akan si X dapatkan ialah pengadilan memutuskan si Y untuk membayar legal fee-nya atau bill dari pengacara si X karena dapat membuktikan sdi pengadilan bahwa si Y mempunyai infidelity.
Pahit memang, perjanjian memang dibuat tidak bisa hanya menguntungkan satu pihak tetapi untuk kedua pihak. Dan kasus perceraian disini memang tidak murah jika pasangan dari pernikahan bertengkar dan tidak ingin bercerai secara baik-baik.
Semoga hati mas Albert lekas sembuh
Hello Zev, sebelumnya saya mohon maaf bila ada kata-kata saya yang kurang berkenan dihati pembaca zeverina. Saya mencoba menanggapi hati yang terluka mas Albert di Sillicon - Valley. Semoga hati mas Albert bisa lekas sembuh ya. Semoga peristiwa Mei’98 di Jakarta tidak terulang lagi.
Memang sedih rasanya bila kita diperlakukan tidak adil. Marah, kecewa dan juga sakit hati. Mau bertindak melawan tapi tidak mampu. Apa daya, goresan takdir telah tertulis bahwa kita mengalami hal seperti itu. Mas Albert, di Indonesia hidup jutaan manusia yg memiliki karakter berbeda-beda. Karena perbedaan ini terkadang membuat pemisahan dan pembagian dalam kelompok masyarakat. Bukan hal yg baru bila ada orang atau suatu kaum yg merasa diperlakukan tidak adil dan itu menimpa mas Albert yg diperlakukan tidak adil oleh orang lain karena warna kulit mas Albert. Kadang saya juga heran dengan stereotip yg ada di masyarakat. Tapi, ada baiknya juga kita intropeksi diri, melihat sejarah sosial masa lalu dari pendahulu-pendahulu kita dan perilaku kita dimasyarakat sekarang ini. Mungkin ada hubungannya. Sepertinya ada sesuatu hal dibalik itu yg mungkin sulit untuk diungkap, atau bisa diungkapkan tapi tidak berlaku secara individu.
Ada kalanya kita lupa melihat masa lalu, peristiwa masa lalu dari pendahulu kita yg menjadikan citra kita tidak baik di masyarakat secara umum. Kita bisa saja tidak tahu atau tidak mengerti kenapa itu bisa terjadi, dan mengatakan jangan disamakan, tapi sangat sulit merubah cara pandang masyarakat. Terkadang, rasa keadilian itu bukan berarti sama rasa atau sama rata karena begitu susah untuk mengukur dan menilai rasa yg dialami setiap orang. Diperlakukan secara tidak adil terkadang perlakuannya berbeda-beda, ada yang keras, kasar disertai pemukulan, ada juga yg halus dan terselubung. Dalam hal perekonomian dan kesempatan berusaha misalnya, disana juga ada ketidak adilan terhadap kelompok tertentu. Dalam hal pergaulan, hubungan sosial dan perlakuan sosial juga ada perasaan ketidak adilan, tapi bagaimana kita mensikapinya.
Sebagai contoh pengalaman kakak ipar temen saya yg bekerja di suatu bank swasta di Indonesia. Dia sarjana S1. Karena dia orang pribumi, gajinya lebih rendah dari orang keturunan yg cuma lulusan SMA pada tempat kerja dan level kerja yg sama. KTPnya sama-sama Indonesia, cuma bedanya yang lulusan SMA itu warna kulitnya beda, orang keturunan yg memang diakui dari kelompok keturunannya itu telah menguasai industri hulu dan indsutril hilir di Indonesia. Kakak ipar temen saya itu mengetahui perbedaan gaji yg besar dan perlakuan tidak adil dari perusahaan setelah beberapa lama bekerja disitu. Dia berpikir, kok dia yg Sarjana S1, gajinya lebih rendah dari anak lulusan SMA, padahal tempat dan level kerjanya sama. Tentunya kakak ipar temen saya itu merasa diperlakukan tidak adil, sehingga keluar dari perusahaan dan memilih untuk jadi guru dengan gaji yg jauh dibawah dibandingkan ketika dia bekerja di Bank. Tapi kakak ipar temen itu merasa puas untuk jadi guru sampai sekarang ini dibanding kerja di Bank Swasta tempat dia bekerja dulu dengan gaji yg lebih besar dari gaji guru tapi diperlakukan tidak adil karena warna kulit.
Contoh lain, seorang warga keturunan di Indonesia bersama istri, anak dan pembantunya yg orang Indonesia masuk kesebuah warung tenda pinggir jalan yg menjual sea food. Warga keturunan tersebut memesan pesanannya dan asyik menyantapnya. Tapi alangkah kagetnya temen saya karena pembantunya yang duduk bersama mereka hanya menonton tuannya melahap makanan tanpa dipesankan apapun walau segelas orange juice. Temen saya merasa bahwa tuan dan nyoya itu sangat keterlaluan memperlakukan pembantunya. Memang dia cuma pembantu, tapi kok tega memperlakukannya seperti itu.
Contoh lain, ketika seorang temen saya yg kebetulan dia Moslem, punya jenggot dan berbusana khas timur tengah, dengan percaya diri ingin menemui seseorang di suatu gedung di Kawasan Sudirman Jakarta. Tapi karena perlakuan security yg berlebihan pada dia dibandingkan dengan tamu yg lain, akhirnya temen saya merasa tersinggung dan merasa diperlakukan tidak adil. Dari contoh ini, saya mengambil hikmahnya mengapa teman saya diperlakukan tidak adil oleh security. Mungkin ada orang yg seperti dia, seperti penampilannya yg telah menciptakan kesan, image dan citra tidak baik sehingga security memperlakukan berlebihan pada dia walau sebenarnya temen saya itu tidak terkait sama sekali dengan kelompok yg meledakkan gedung kedutaan Australia, Bom Bali dan sebagainya.
Klo saya sendiri, saya pernah mengalami perkataan atau ucapan seseorang yg terkesan racist. Saya tidak kenal dia dan baru pertama kali melihat dia tapi dia mungkin mengira saya dari suatu keturunan, golongan atau kelompok yg tidak dia suka. Padahal warna kulit saya lebih gelap dan mata saya seperti mata orang Indonesia pada umumnya. Untungnya saya tidak sendirian pada saat itu. Jadi tidak terjadi hal-hal yg tidak diinginkan walau saya agak takut juga. Bila jalan-jalan ke Bali, terkadang turis lokal merasa diperlakukan berbeda dengan turis asing bila masuk ke toko atau restoran. Tapi tidak semuanya, ada juga yg tetap menghargai sesama orang Indonesia.
Mas Albert, semoga mas Albert tidak menyalahkan pemerintah Indonesia dan tidak menaruh dendam pada Negara Indonesia. Yang salah orangnya tapi tidak semuanya. Mungkin suatu saat nanti orang-orang Indonesia bisa lebih baik sehingga Negara Indonesia bisa lebih baik dan lebih maju. Bila orang-orangnya baik, masyarakatnya baik, rakyatnya baik maka akan terpilih pemimpin dan penyelenggara negara yg baik karena mereka dipilih dari rakyat negeri itu sendiri, bukan dari luar negeri atau planet lain. Semoga rakyat Indonesia bisa lebih berintrospeksi sebelum mencela dan mengkritik orang lain, kebijakan pemerintah maupun presiden. Salam dari Indonesia. Buat zeverina, terima kasih atas waktu dan kesempatan yg diberikan.
******
Cinta Produk Indonesia
(Stephanie Herman-New Zealand)
Alo zev,
Mau bagi2 pengalaman nih. Sejak kecil aku suka banget ama yg namanya mie instan hehehe. Biasanya dulu selalu makan mie instan buat lunch di sekolah ( bukan setiap hari loh! soalnya aku nggak boleh makan indomie terlalu sering). Pokoknya aku paling suka ama yg bungkusnya merah putih ( cinta Indonesia kali ya?). Trus hobby makan indomie itu sampai skr masih aku anut meskipun aku tinggal di NZ sekarang. Dulu waktu aku masih tinggal dengan homestay family, aku selalu masak indomie kalo si hmstay g ada di rumah. Trus suatu hari homestayku ngeliat ada indomie di cupboardnya, dan dia nyoba makan indomie. Abis itu dia jadi ketagihan berattt...tiap weekend jd males masak, masaknya cuman indomie doang.
Setelah aku pindah dari rumahnya (gara2 aku pindah kota), dia telp aku n bilang kalo dia selalu nyembunyiin indomie nya dari anak2 hmstay baru. Sekarang aku tinggal di apartment, dan kebiasaanku makan indomie kalo males masak, juga masih aja aku
anut . Ada flatmateku yg dari Korea aku tawarin nyoba indomieku ( soalnya dia lagi laper waktu itu ). Trus dianya jd kecanduan gitu ama indomie. Dia beli Indomie selalu yg jumbo skr hehehe..bener2 lbh parah dari aku. Tetanggaku yang orang NZ asli juga kecanduan ama Indomie, biasanya dia beli berkardus2. Ternyata temen2nya juga pada beli Indomie, soalnya selain murah ( cuman 30-40 cents/mie) rasanya pun enak. Trus ada lagi temenku orang Thai yg suka ama indomie sampai2 kalo makan g direbus ( dia biasanya makan indomie kayak makan "anak mas", mie yg digeremes trus dibumbuin ).
Aku sekarang selalu ngerekomendasiin indomie ke teman2ku ( lumayan lah sekalian promosi produk Indonesia ). Ada juga tetanggaku yg laen (orang Chinese) ketularan makan indomie semua ( pertama2 cuman 1 yg nyoba, akhirnya yg laen pada nyobain n
kecanduan)... Bener2 hrs cinta produk buatan negeri sendiri, tp jangan makan banyak2 soalnya enggak sehat hehehe....
******
Ingin pamer Indonesia
(Ite Sula-Amerika)

Ini yang ke 4 kali saya tulis email ke zev tapi satu pun tulisan saya tidak pernah nongol. Jadi kalau yang kali ini tidak nongol juga yach saya nyerah aja dech mungkin tulisan saya tidak menarik seperti si sarimin yang ampir tiap bulan nongol.
Saya bermaksud menulis ini hanya ingin tau gimana caranya bikin suami saya mao ikut pulang ke indonesia. terus terang saya bukan ingin memamerkan suami saya ke teman2 karena saya nikah dengan bule. Buat saya nikah dengan bule itu hal biasa karena buanyak sekali orang Indonesia yang nikah dengan bule. Yang saya ingin pamerkan ke suami saya yaitu keindahan Indonesia. Saya tinggal di Oklahoma. Nach pasti banyak yang tau khan ini kota yang paling sering dilewatin ama tornado. Inget film Twister khan, nach itu dia kota yang saya tinggal.
Oklahoma itu bukan tempat yang seperti orang Indonesia bayangkan tentang Amerika. Orang Indonesia yang baru dateng ke Oklahoma pasti akan terkaget-kaget karena dimana mata memandang hanyalah tanah lapang. Jadi jangan di kira Amerika itu wah! kita selalu menyebut Oklahoma itu midle of nowhere. Saya dateng ke oklahoma awal tahun 1995 lalu akhir tahun 1997 saya pulang ke jakarta. Wach saat itu Jakarta emang lagi bagus2nya, lagi dibangun gedung2 tinggi yang indah2 dimana-mana. Saat itu malam2 saya di ajak naik motor ama teman saya ke daerah Casablanca kalau gak salah dan sekitarnya. Wach saya sampe terkagum-kagum. Sampe2 teman saya bilang kampung banget sich loch katanya dari Amerika. Saya bilang emang saya tinggal di Amerika tapi amerika kampung. Nach bisa kebayangkan betapa noraknya saya ngeliat Jakarta menjadi begitu indah. Saya sendiri yang sebelumnya tinggal di Jakarta sampe terkagum-kagum ngeliat gedung2 tinggi. Nach bisa kebayang khan betapa desanya Oklahoma. Enaknya di Oklahoma cuman satu yaitu kalau kamu mao hidup tenang dan sepi yach di Oklahoma lach tempat yang cocok.
Tujuan saya ingin bawa suami ke Indonesia yaitu mao kasih unjuk betapa glamournya Jakarta. Betapa indahnya pemandangan di Indonesia yang masih banyak pohon2 hijau. Tapi suami saya takut setelah kejadian Timor Timur. untung waktu kejadian mei 1998 saya masih baru pacaran jadi dia tidak terlalu ter-obsessie ama Indo. Nach pas kejadian Tim-tim suami saya lihat di CNN. Trus kejadian WTC, setelah itu kejadiam pemboman di hotel (wach lupa tuch namanya abis gak pernah ambil pusing sich). pokoknya hotel yang di Jakarta di bom. Trus bom ke 2 di Bali, terus tsunami. Alasannya soal tsunami karena Jakarta juga deket laut jadi takut kena tsunami.
Waktu awal tahun 2004 saya sempet pulang sendiri. trus pas balik saya bilang kalau tidak ada kejadian apa2 sama sekali. Nach suami saya mulai agak terkurangi rasa takutnya. eh...pas dia bilang ok utk berkunjung ke Indonesia, eh...kejadian tsunami. Suami saya tuch selalu ikutin berita tentang Indonesia, kadang saya aja belum tahu beritanya tapi dia udah tau duluan karena saya paling males baca2 berita. Sekarang alasannya dia takut ditangkep karena dia bule. saya sudah bilang sekarang udah banyak bule yang jadi bintang film di Indonesia. Nach sekarang saya jadi bingung gimana yach caranya utk bikin dia percaya kalau di Jakarta itu sebenernya aman untuk dikunjungi. Udah dulu ceritanya, panjang lebar eh taunya nggak nongol lagi.
******
Mohon Maaf
(Hamiju-Kuwait)
Dear pembaca KoKi di seluruh penjuru dunia. Terima kasih atas tanggapannya tentang hukuman gantung di Kuwait ( hi Bung Yos and Bung Someone di Qatar ). Aku mohon maaf bila tulisan itu banyak yaang tersinggung dan tidak setuju. Bukannya bermaksud menyudutkan dan menakuti tapi itulah yang aku temukan disini dan itu nyata, tidak mengada-ngada. Aku juga dapat informasi dari temen2 kerja disini utk mendapatkan informasi yang lebih jauh tentang hukuman gantung itu, bahkan salah satu temenku pernah datang ke tempat itu.
Mungkin apa yg Bung Yos bilang benar bahwa mungkin pemerintah kuwait ingin menunjukan hukum disini tidak main2 dan pandang bulu dan agar para warganya dapat bertindak hati2 dan dapat mengambil pelajaran dari kasus tersebut. Meskipun kejadian itu dipublikasikan di koran tapi tetap tidak membuat orang gentar dan berbondong-bondong datang kesini utk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang tentunya menjanjikan pula. Aku percaya nasib itu ada di tangan Tuhan. Yang dapat aku ambil dari kasus ini adalah supaya kita dapat lebih berhati-hati. Selama kita mengikuti peraturan dan menjunjung tinggi hukum dimana kita tinggal, Insya Allah tidak akan timbul sesuatu yang buruk pada kita.
Hanya Info saja, aku juga pernah bekerja lebih dari 3 tahun di Dubai tapi ngak pernah aku temukan hal semacam itu. Tambahan info lagi, disini sangat-sangat jarang turist dan umumnya tamu2 yang menginap di hotel-hotel adalah utk bisnis dan sebagian besar orang-orang lokal. Jarang kita temukan perempuan-perempuan berkeliaran menggunakan pakaian ala kadarnya seperti yang kita temukan di Dubai. Yang ada mereka menutupi tubuhnya serba hitam sampai wajah mereka juga ditutupi kerudung hitam. Kalau pergi ke pantai umum, ngak akan aku temukan perempuan yang berbikini ria karena disini hukumnya haram tapi kalau di water park bisa kita jumpai cewek2 seksi berbikini dimana umumnya mereka itu orang2 eropa yg bekerja disini.
Yo wis, jadi ngalur ngidul. Sekali lagi terima kasih atas tanggapannya. Berharap semua temen-temen selalu sukses begitu juga Zev. Salam hangat.
*******
Life’s a little irony
(Yuliana)
Dear Zev,

Life’s a little Irony ... (Thomas Hardy)
Saya sangat menyukai cerita ini, karena saya pikir hidup ini memang suatu irony. tapi baru hari ini saya benar ngerasain ironisnya hidup manusia.
Saya mengenal pacar yang sekarang kurang lebih setahun lalu, bermula dari iseng-iseng mencoba salah satu voice messenger yang baru waktu lagi tidak ada kerjaan di kantor. Tiba2 ada yang ngirim message ke saya "God has a plan". Saya terkesima karena tidak biasanya orang ngirim message seperti ini. Walaupun saya ogah2an untuk menjawab karena saking banyaknya yang kirim message ke saya, akhirnya kami chatting juga. Ternyata orang ini amat sangat menarik, pintar, sopan dan sekali lagi amat sangat cerdas. Kami terus berhubungan lewat messenger dan sekali2 sms. sehari bisa chatting sampe 6 jam karena memang kebetulan saya bisa online di kantor dan malam jg kita bisa lanjut chatting.
Saya saat itu dalam proses cerai dengan suami. Setelah saya bercerai, dia berkata bahwa dia mencintai saya dan memohon-mohon agar kami bisa bertemu karena dia tinggal di luar. Akhirnya setelah sekian lama, dua bulan yg lalu saya ke negaranya untuk menemui dia. Dan ternyata dia memang apa adanya sebagaimana yang dia bilang waktu kami chatting, tidak ada yg ditambah atau pun dikurangi.
Seminggu bersama dia adalah seminggu paling bahagia dalam hidup saya. Semua petualangan yang kami lakukan seperti ke air terjun dengan motor, naik sleepers (kereta api) tengah malam dsb, merupakan pengalaman yg tidak mungking saya dapatkan lagi.
Dan dua minggu lalu dia ke Indonesia dan kami sangat berbahagia walaupun saya tau sangat tidak mungkin kami bisa terus bersama karena dia 4 th lebih muda dan masih mengambil Phd beasiswa dari Universitas plg bagus di negaranya.
Saat itu dia bilang ke saya bahwa ada benjolan di kepalanya dan sangat sering sekali sakit kepala. saya minta dia periksa ke dokter begitu dia kembali ke negaranya dan itu dia lakukan beberapa hari lalu. Dan hasilnya membuat dunia saya seakan runtuh. Ternyata benjolan itu adalah tumor ganas dan dokter memperkirakan umurnya tinggal beberapa bulan lagi. Sungguh ini sesuatu yg tidak adil, usianya baru 25 th dengan masa depan yang sangat cerah, apa salah dia sehingga harus mengalami penderitaan seperti ini.
Saya tidak tahu apa yang harus kami lakukan karena setiap tindakan medis kayanya tidak berguna.Maybe this is God’s plan for us, but it’s too difficult to face. And yes, Life’s a little irony.
******
Terima kasih ...
(Melia - Beijing)
Zev...lagi baca mail ku ya? hehehe. Aku mau terima kasih ya...sama teman teman yg meluangkan waktunya untuk memberikan informasi tentang sekolah di melbourne..ibu Yuliana, Nuni, Yani kemudian yg mau jalan jalan ke beijing nanti ibu Tanti - norway...happy holiday...

Ternyata rasanya macem macem ya...setelah mailnya aku di tampilkan di koki.. seneng karena banyak yg kasih kasih info...dan nambah temen...dan aku juga bisa berbagi info tentang sekolah di beijing... marah ..sebel...karena ada yg kirimin virus..sampe aku harus instal komp ku..hiks..hiks..tp aku ga mau kasih tau sapa yg kirim.. aneh...tertanya aku punya secret admire..hahahaha serasa jadi artis....padahal tulisanku baru 2x....masih kalah banyak sama surat om janto & om sarimin...oh iya..salam kenal ya buat maria di Beijing ...seneng deh..ternyata ada pembaca KOKI di Beijing juga..

Ceritanya maria juga ingetin aku waktu pertama kali ke Beijing, kalau Maria di jemput dan di antar sampai apart. Perjuanganku dimulai sejak turun dari pesawat..ga ada yg jemput cuma modal alamat ke univ yg aku daftar.di bandara Beijing mirip deh sama Jakarta..banyak calo gt yg nawarin mobil kemudian harganya 300rmb dari bandara ke univ aku... www.tsinghua.edu.cn boleh di buka...kalo yg mau doktor atau master disini. (akhirnya aku tau aku di boongin..karna biasanya dari tempatku ke bandara bolak balik 100rmb :( hiks..hiks..). Akhirnya sampai ke sekolah...daftar ulang..check in ke dorm..semuanya percakapan pake body language..karna aku cuma bisa ...tidak " bu" .. ok " hao de" mungkin staff yg disana sudah terbiasa..jadi lancar lancar aja... Hari hari pertama di Beijing merasa seperti orang buta tapi bisa melihat..bisa lihat tapi ga bisa baca tulisan chinese nya...:)

Ada kejadian lucu..waktu itu mau ke toilet tp aku liat ga ada gambar wanita apa pria yang ada cuma tulisan chinese...akhirnya karna takut salah masuk aku tunggu sampai ada orang lain yg masuk duluan..hahaha. Kemudian dalam hati aku ngomong...ah musti survive... soalnya dulu di Jkt mama nawarin mau pake agen apa ga...aku bilang ga ah..masa seh di Beijing ga ada yg bisa bahasa Inggris..ternyata oh...ternyata..mau nangis rasanya..
Pertama kali orang tanya sama aku " Chi fan le ma?" yg artinya kamu sudah makan atau belum..aku kira orang itu mau ngajak makan bareng...hehehe tertanya itu kata kata umum selain Ni hao " hallo" karena dulu orang china hidup susah..untuk makan saja susah..jadi waktu berpapasan bertanya chi fan le ma...bersopan santun ala china atau mungkin basa basinya orang china.

Kagum juga sama negara ini...walaupun penduduknya paling banyak setidaknya mereka lebih tertib misalnya ga ada pedagang kaki lima atau warung tikungan yg banyak di indo...warung disini ukurannya sama besar dan biasanya tidak berdekatan, biasanya di samping metro / subway atau di samping halte bus. Menghormati pengguna sepeda.. Seperti aku cerita dulu sepeda sama orangnya mungkin sama banyaknya. Disini jalur sepeda sama jalur untuk mobil sama besarnya. Bila jalur mobil macet sejauh yg pernah saya alami selama tinggal di Beijing tidak pernah mobil-mobil tsb mengambil jalur sepeda..jadi aman aman saja bersepeda di sini. Sekian cerita tambahan dari Beijing.... terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar