KUMPULAN FILM-FILM LAWAS

Jumat, 13 November 2009

OBAT NGILANGIN BETE…!!
DI JAMIN MANJUR….
OLEH : AYI ASTAMAN
MAIL :Atsaroti@yahoo.com
Blog : http//atsaroti.blogspot.com
________________________________________
Buat kamu yang lagi bete, rasanya emang nggak enak ati ye. Bawaannya uring-uringan mulu, kepala nyut-nyutan, hilang mood deh. Terus sebel juga pas ngeliat wajah-wajah yang kita nggak sukai. Phew, pokoknya kalo lagi bete rasanya hilang semangat tuh. Lemes! Mau ngapa-ngapain juga bawaannya males.
Sobat muda muslim, kalo kita kena sindrombete, itu karena kita kehilangan sesuatu yang bisa bikin kita seneng ati. Mungkin perlu ditanyain sama diri kamu sendiri, kira-kira apa yang bikin kamu bete. Mungkin tentang teman yang marahan sama kamu. Bisa juga bejibunnya tugas-tugas sekolah yang kayaknya kagak ada abisnya. Suasana rumah yang berantakan; bukan cuma berantakan kondisi fisiknya, tapi juga amburadul suasana hati para penghuninya. Ortu bawaannya ma-rah-marah mulu, adik rewel aja. Pusing!
Eh, bisa juga bikin bete kalo kamu nggak ada kegiatan di luar rumah. Ngadem di rumah mulu bisa bikin boring. Apalagi seharian nggak ada kawan yang nyapa. Wuih, dunia rasanya sempit bin sumpek, dan kita merasa satu-satunya penghuni yang jadi korban. Walah?
Kegiatan kamu yang itu-itu aja dan bertemu dengan kawan-kawanmu yang tam-pangnya udah sering kita kenal adakalanya bisa bikin bete, lho. Tentu, jika kegiatan itu nggak bikin kamu merasa tertantang untuk membuatnya lebih seru dan dinamis. Sama bikin bosennya kalo ketemu temen-temen kita yang udah kita apal banget, tapi dengan kualitas pertemuan nggak meningkat. Setiap ketemu cuma ditanyain hal-hal yang formal doang. Nggak pernah basa-basi nanya kabar kamu; kondisi fisik dan mental, keluarga, dan juga tentang kegiatan dirimu hari ini, misalnya.
Yup, gimana pun juga, kita butuh teman dan orang yang bisa memberikan warna dalam hidup kita supaya kita nggak cepet boring bin bete dalam ngejalanin hidup ini. Ada yang bisa memberikan sentuhan-sentuhan untuk pikiran dan perasan kita dengan beragam informasi en kegiatan yang menyenangkan. Tul nggak?
Nah sobat muda muslim, jika kamu udah mulai merasa bete karena alasan-alasan tadi, dan mungkin juga alasan lainnya yang kebetulan belum sempat diungkap di sini, bolehlah coba untuk ikutan ngaji aja.
Ngaji? Nggak salah neh? Bukankah malah tambah bikin bete tuh kegiatan? Ah, nggak usah ngambek en nepsong dulu deh. Mendingan cobain aja. Nggak rugi kok kalo kamu aktif ngaji. Malah bisa bikin enak ati. Karena kita dibimbing untuk ngerti tujuan hidup kita. Lagian, selama ini belum ada tuh anak ngaji yang bawaannya sutris melulu. Kalo pun ada, biasanya tuh bocah sulit nyetel dengan komunitas anak ngaji. Kenapa sulit nyetel? Bisa aja niat gabungnya nggak mantep. Jadi masih angin-anginan. Betul?
Oke deh, mungkin ada yang bertanya, kenapa dengan ngaji bisa bikin nggak bete? Emang apa aja sih keuntungan kalo kita ngaji? Ini jawabannya:
Mengajarkan makna hidup
Sobat muda mus-lim, hidup dapat didefinisikan dari dua aspek. Per-tama, aspek bi-ologis dan kedua, aspek sosiologis. Dari aspek bio-logis, hidup (al hayah) seperti di-ungkapkan oleh Ghanim Abduh da-lam Naqdhul Isytirakiyah al-Marksiyah (Kritik terhadap Sosialis-Marxis) adalah sesuatu yang maujud (ada) dalam makhluk hidup (asy-syai’u al-qaa’im fi al- ka’ini al-hayyi).
Dalam pengertian ini, hidup dipahami sebagai esensi alias intisari yang membuat sesuatu menjadi hidup, yang membedakannya dengan benda-benda mati, baik benda itu benda mati secara asli; kayak batu, maupun benda mati dalam arti benda yang sebelumnya berasal dari benda hidup, seperti kayu. Nah lho, moga kamu nggak bingung. Hehehe..
Hidup, dengan demikian, nampak dan eksis dengan berbagai tanda-tandanya, seperti kebutuhan akan nutrisi, gerak, peka terhadap rangsangan, pertumbuhan, dan perkembang-biakan. Lawan dari hidup dalam pengertian biologis ini, adalah mati. Yakni tiadanya atau hilangnya tanda-tanda kehidupan pada sesuatu. Maka, batu adalah benda mati karena tak ada satu pun tanda-tanda kehidupan padanya. Demikian pula seseorang yang telah membujur kaku di kamar jenazah disebut telah mati, karena telah hilang darinya tanda-tanda kehidupan yang semula dimilikinya. Nah, yang lagi baca ini, masih hidup kan? Gubrakzz..!
Oya, kalo tadi secara biologis, sekarang berdasarkan sosiologis, yakni hidup berkaitan erat dengan segala perbuatan manusia yang terwujud dalam seluruh interaksi yang dilakukannya. Dengan pandangan yang demikian, hidup berarti menyangkut seluruh aktivitas manusia dalam berbagai macam interaksinya satu sama lain. Ketika manusia melakukan aktivitasnya dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain, berarti dia telah melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Artinya, dia telah menjalani atau "mengisi" hidupnya.
Pertanyaannya, untuk apa sih kita hidup? Kalo kita ngaji, nanti bakalan diajarkan tentang keberadaan kita di dunia ini. Dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup dunia, dan akan kemana kita setelah kehidupan dunia ini. Kalo ditanya begini, kamu jangan ngeles dengan ngasih jawaban kayak lagu lawas ini: "Jangan dita-nya, kemana aku pergi.." Hehehe (maksain banget nggak seh?)
Sobat muda muslim, kayaknya kita kudu mulai serius mikirin soal hidup ini. Tapi juga nggak perlu tegang banget. Soal hidup ini, Allah Swt. berfirman: "Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa." (QS al-Baqarah [2] : 21)
Nah, kalo kita nggak ngaji atau ogah belajar, nggak bakalan tahu tentang makna hidup ini. Itu sebabnya, kalo kita udah tahu bahwa kita adalah makhluk Allah dan diminta untuk menyembah-Nya sekaligus bertakwa, maka dijamin kita nggak bakalan bete dalam hidup ini. Sesulit apapun kehidupan yang kita jalani, kita bakalan menikmatinya dengan penuh kesabaran dan tawakal kepada Allah. Insya Allah tidak akan pernah merasa bete.
Memberikan ketenangan
Suer, ini bukan sulap bukan sihir. Kalo kamu ikut ngaji, insya Allah hati jadi tenang. Kok bisa sih? Begini sobat, komunitas anak ngaji itu bisa membantu kita menghindari risiko-risiko gaul yang nggak sehat. Kalo kita gabung di sana, kita dianggap sebagai mitra dan akan saling ngingetin kalo kita berbuat lalai dan maksiat. Maklumlah manusia, meski udah tahu seluk-beluk dalil dan hukum syara’, ada aja lupa en teledornya.
Itu sebabnya, komunitas anak ngaji insya Allah akan memberikan bantuan pertama kalo kita berbuat salah. Mereka yang akan mengingatkan kita dan senantiasa menjalin persahabatan. Ikatan persahabatannya kuat karena dilandasi akidah islamiyah.
Komunitas anak ngaji memungkinkan kita kagak nyeleweng dari ajaran Islam. Aktivitas seks bebas dijauhi, dengan narkoba nggak bakalan coba-coba, termasuk malu berbuat kriminal. Dalam komunitas ini, kamu pun bisa menjalin hubungan baik dengan guru agama, dengan kakak pembina pengajian, dengan teman sebaya, keluarga, bahkan dengan kawan yang bukan berasal dari sekolah kita. Kawan kita jadi banyak dan tentunya dipenuhi dengan semangat kebersamaan dalam Islam. Asyik bukan? Coba, gimana nggak tenang hidup ini.
Menumbuhkan kreativitas
Kalo udah kreatif, insya Allah nggak bakalan bete deh. Nah, dengan gabung di komunitas anak ngaji, kita bakalan bisa mengukur dan menilai peran apa yang bisa kita berikan untuk komunitas ini. Kita bisa ikut berpar-tisipasi dalam aktivitas-aktivitas penuh arti dan memainkan peran penting. Percaya atau tidak, sambil jalan kamu bakalan bisa ambil hik-mahnya. Salah satunya, bisa mempelajari dan mempraktikkan cara-cara menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, dan menentukan sasaran hidup.
Bener lho, bergaul bersama dengan komunitas anak ngaji dan ikut serta dalam beragam kegiatan yang digelar, bikin kita bisa lebih kreatif mengatasi persoalan hidup. Maklumlah, yang namanya ngurus kegiatan itu berarti rela mencurahkan segala upaya kita untuk maju bersama. Di sinilah kreativitas akan tumbuh. Bahkan bisa lebih mendewasakan kita dalam bersikap. Nggak percaya? Ayo gabung dengan komunitas anak ngaji! Insys Allah nggak bakalan nyesel. Pasti!
Memupuk jiwa sosial
Boleh percaya boleh tidak. Tapi kali ini kamu kudu percaya. Hehehe.. maksa banget ya? Begini sobat, dengan ikutan ngaji dan punya club anak ngaji, jiwa sosial kamu pun bisa terpupuk dengan baik. Di antaranya, menguta-makan dan melayani orang lain.
Islam mengajarkan untuk saling menolong dalam kebaikan. Menolong teman yang sedang dalam kesusahan adalah tanggung jawab kita dan itu perbuatan yang mulia. Keberadaan orang lain di sekitar kita jangan dianggap sebagai bilangan doang, tapi juga kudu diper-hitungkan. Kalo mereka membutuhkan uluran kita, ya kita kudu peduli. Sabda Rasulullah saw.: "Barangsiapa yang melapangkan suatu kesulitan di dunia bagi seorang mukmin, maka Allah pasti akan melapangkan baginya suatu kesulitan di hari Kiamat." (HR Muslim)
Nah, dengan terpupuknya jiwa sosial kita, insya Allah kita nggak bakalan lagi merasa bete kalo kita sedang dalam keadaan susah. Dengan menengok ke kalangan bawah, ternyata kita masih bisa makan dan minum dengan layak ketimbang mereka. Itu arti-nya, nggak adil kalo kita ma-sih bete dengan berkeluh kesah soal hidup. Bahkan se-baliknya, kita akan me-nolong mereka yang kondisinya lebih bu-ruk dari kita. Jadi, kalo kita nggak ngaji, mana tahu soal ini.
Memantapkan stabilitas
Sobat muda muslim, kalo kita ngaji dan bergabung dengan genk anak ngaji, bisa membuat hidup kita stabil. Harus kita akui bahwa se-panjang hidup kita, banyak hal bakal berubah. Kamu akan lulus sekolah, mungkin juga pergi meninggalkan rumah untuk kos di tempat kuliahmu nanti, atau mungkin bekerja. Belum lagi kalo terus berpindah-pindah tempat tinggal dan bekerja di lebih satu tempat, kita akan banyak menemukan yang serba baru.
Kondisi seperti ini, seringkali bikin bete kan? Mungkin kudu memulai lagi dari awal untuk menata pergaulan dengan lingkungan sekitar. Butuh waktu yang nggak sebentar euy. Tapi yakinlah, kalo kamu gabung dengan komunitas anak ngaji, dan ikut kajian di sana, kamu bakalan nggak bete. Kenapa?
Karena di mana pun kamu berada bakalan ketemu orang-orang yang menganut nilai-nilai yang sama dan berjuang untuk tujuan yang sama. Ini akan membuat kita punya motivasi yang tak ada habisnya sepanjang hidup kita. Di mana pun dan kapan pun. Insya Allah stabil, aman, dan terkendali.
Oke deh, semoga beberapa keuntungan ngaji dan gabung dengan komunitas anak ngaji ini bisa membuatmu kagak bete lagi. Sebaliknya, kita songsong kehidupan masa depan yang lebih baik. Apalagi jika tujuan kita selama ngaji tercapai, yakni ingin melanjutkan kembali kehidupan Islam di bawah naungan Khilafah Islamiyah. Wuih, senengnya bisa ikutan ber-juang. Jadi, ngaji yuk! Heu.euh! [solihin]

KHUSYUK DALAM SHOLAT
KHUSYUK DALAM SHOLAT
Seorang ahli ibadah bernama Isam Bin Yusuf, sangat warak dan khusyuk solatnya. Namun, dia selalu kuatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasainya kurang khusyuk. Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Assam dan bertanya, "Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan solat?".
Hatim berkata, "Apabila masuk waktu solat, aku berwudlu zahir dan batin."
Isam bertanya, "Bagaimana wudlu zahir dan batin itu?"
Hatim berkata, " wudlu zahir sebagaimana biasa yaitu membasuh semua anggota wudlu dengan air". Sementara wudlu batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara :
1. Bertaubat
2. Menyesali dosa yang telah dilakukan
3. Tidak tergila-gilakan dunia
4. Tidak mencari/mengharap pujian orang (riya’)
5. Tinggalkan sifat berbangga
6. Tinggalkan sifat khianat dan menipu
7. Meninggalkan sifat dengki."
Seterusnya Hatim berkata, "Kemudian aku pergi ke masjid, aku kemaskan semua anggotaku dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku rasakan aku sedang berhadapan dengan Allah, Syurga di sebelah kananku, Neraka di sebelah kiriku, Malaikat Maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula aku seolah-olah berdiri di atas titian ‘Siratal mustaqim’ dan menganggap bahawa solatku kali Ini adalah solat terakhir bagiku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik."
"Setiap bacaan dan doa dalam solat, ku faham maknanya, kemudian aku rukuk dan sujud dengan tawadhuk, aku bertasyahud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bersolat selama 30 tahun". Apabila Isam mendengar, menangislah dia kerana membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibanding-kan dengan Hatim.
Bagaimana dengan sholat kita ? apakah sudah khusyuk ?
KISAH POHON APEL













KISAH POHON APEL


Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi," jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya." Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu." Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi," kata pohon apel. "Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?" "Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu," kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

embira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku," kata pohon apel. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?" "Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu," jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat," kata pohon apel. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu," jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata. "Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang," kata anak lelaki. "Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu." "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan. Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Kita Ibarat Air
Kita Ibarat Air Oleh Yon’s Revolta 19 Jul 06 08:53 WIB Di kaki Gunung Slamet yang dingin, suatu malam saya berbincang dengan teman-teman sesama pegiat masjid kampus. Biasanya kami lebih suka bicara tentang perkembangan politik terbaru, tapi kali ini temanya agak berbeda. Kami berbicara tentang air, kok air, apa yang menarik darinya…? Mari kita sama-sama menggalinya. Kita ini tak ubahnya ibarat air. Dia mengalir dengan lincahnya. Jangan coba-coba diam karena akan menggenang sehingga bisa memunculkan bau tak sedap dan mengundang berbagai macam penyakit. Begitulah kita, apalagi yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim. Kita dituntut untuk senantiasa bergerak. Tentu saja bergerak di sini bukan hanya mengejar obsesi diri sendiri semata. Tapi, memikirkan dan berbuat untuk orang lain itu perlu seperti kata Sayyid Qutb, seorang pemikir muslim dari Mesir, beliau pernah berkata, ”Siapa yang hanya memikirkan dirinya sendiri, dia akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil, tapi, siapa yang mau memikirkan orang lain, dia akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar.” Di sinilah keberadaan kita di dunia ini mempunyai makna. Sungguh malang ketika ada atau tidaknya kita itu tidak mempunyai makna dan pengaruh sama sekali terhadap masyarakat sekitar kita. Atau bahkan, justru keberadaan kita tidak diinginkan orang karena ketika kita hadir justru menjadi biang kerok dan pembuat masalah. Jika kondisi ini menimpa kita, duh, betapa tidak ada harganya kita di mata orang lain. Untuk itulah, keberadaan kita sesungguhnya di dunia ini adalah sejauh mana kita bisa berbuat bagi orang lain, karena inilah rahasia pribadi unggul manusia bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Pertanyaannya, apakah kita lebih sering memberikan manfaat bagi orang lain, pemberi solusi atas berbagai masalah, atau sebaliknya, tukang pembuat masalah dan pemerkeruh suasana? Ingat bahwa air bisa memberikan kesejukan, tapi juga bisa memunculkan banjir bandang. Kemudian, kita juga bisa mengamati bahwa air itu selalu menuju ke tempat tertentu. Kita pun begitu, kehidupan kita harus mempunyai orientasi yang jelas, tujuan hidup yang jelas, tak sekedar mengalir begitu saja. Dalam hal ini, persoalan waktu menjadi penting karena orang besar, waktunya adalah sebuah sejarah tersendiri. Kita semestinya pandai memanfaatkan waktu, bukan agar menjadi orang besar, tapi agar kita bisa banyak berbuat untuk sesama untuk sebuah manfaat. Untuk itulah, kita perlu merenung ulang tentang kebiasaan yang masih kita lakukan. Berapa banyak waktu yang terbuang untuk menonton televisi, jalan-jalan ke mall atau bersenang-senang menikmati massa muda. Sementara, seperti kata Hasan Al-Banna ”Kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia”. Masihkan kita akan bermalas-malasan, sementara kita sering terlalu berbangga diri dengan identitas sebagai seorang muslim padahal jarang berjuang menyeru kebaikan apalagi mencegah kemungkaran. Duh, betapa malunya kita kepada Allah SWT ketika kita mengaku pejuang sejati. *** Tak hanya sekedar itu, air ternyata juga mempunyai folosofi yang mendalam. Ketika ditahan atau dihambat dia akan terus mencari jalan lain, jalan keluarnya. Semasa dihambat itu, kekuatan air juga semakin besar. Lihat saja, misalnya ketika air dibendung, setelahnya akan menghasilkan energi yang besar. Inilah rahasia besar air yang kadang tidak kita sadari. Di dalam kehidupan keseharian kita, barangkali banyak persoalan atau bahkan konflik yang kita rasakan. Banyak orang yang memandang remeh cita-cita dan obsesi kita. Namun, ketika kita berpikir positif atas berbagai onak dan duri yang melanda itu terkadang justru membuat kita semakin dewasa untuk menjalani kehidupan di kemudian hari. Syaratnya, tak usahlah terlalu banyak berkeluh kesah. Yang terpenting adalah tetaplah tegak berdiri, bergerak menyongsong obesesi-obsesi kita, Insyallah ketika kerja keras sudah kita lakukan, Allah pasti akan membalas dengan hasil kebaikan yang memuaskan bagi kita. Masalah hidup akan senantiasa ada, tinggal bagaimana kita mensikapinya. Dengan keluh kesah semata, atau bijaksana menghadapinya. Subhanallah, semoga setelah menuliskan ini saya akan tetap tegar menghadapi variasi seni kehidupan ini. Dan, tentu saja, saya berharap, setelah membaca goresan sederhana ini, Anda juga akan mempunyai semangat hidup yang lebih baik lagi. Salam cinta dan perjuangan…! …… Teruntuk semua aktivis masjid kampus di Indonesia. www.eramuslim.com
Kesendirian yang Bermakna
Kesendirian, suatu waktu di mana kita tak bisa
menghindarinya. Banyak momen di mana kita harus
tinggal seorang diri; saat di kamar mandi; saat di
rumah tak ada orang kecuali kita; saat berada di
sebuah ruangan warnet. Saat kesendirian itu muncul,
saat di mana setan dengan gencarnya menggoda
kita. Karena biasanya, kita akan jauh lebih semangat
beribadah ketika ada orang di sekitar kita. Apalagi jika
orang yang di dekat kita adalah orang yang shalih,
yang senantiasa “menularkan” kebaikan pada diri
kita. Ketika penghalang itu tak ada, setan pun dengan
leluasa menerobos masuk dalam hati dan pikiran kita.
Karena iman yang lemah, kita pun kerap terjebak
pada bujuk rayu setan. Kita menuruti apa mau setan.
Tadinya kita rajin shalat, membaca al-Quran, tiba-
tiba menjadi makhluk jalang yang bersuka cita pada
kemaksiatan. “Ah… tidak ada yang melihat saya
melakukannya,” bisiknya dalam hati.
Saat kesendirian itulah keimanan kita sedang diuji,
apakah kita benar-benar mencintai Allah dengan
setulus hati, apakah kita hanya takut kepada-Nya
ataukah ibadah yang kita lakukan selama ini hanya
sandiwara dan ingin dipuji oleh orang yang sedang
bersama kita?
Saat sendiri, berarti kita hanya berdua-duaan dengan
Allah. Alangkah baiknya kita gunakan kesempatan itu
untuk bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah.
Ketika dalam keramaian kita berdzikir seratus kali.
Maka saat sendirian, kita harus lebih dari itu. Uwais
al-Qarny Ra. pernah berkata, “Aku tidak pernah
melihat seseorang bisa mengenal Tuhannya,
sementara dia lebih banyak bersama selain-Nya.”
Seorang ulama bernama Umar Tilmisani pernah
menceritakan pengalamannya. Di suatu malam,
Imam Hasan al-Banna – gurunya – memanggil
namanya, “Ya Umar, apakah engkau sudah tidur?”
Lantas Umar menjawab, “Belum ya syaikh.”
Kemudian Imam Hasan al-Banna kembali masuk ke
kamarnya. Beberapa saat kemudian Imam Hasan al-
Banna kembali bertanya dengan pertanyaan yang
sama. Tapi kali ini Umar sengaja tidak menjawabnya,
karena pasti nanti akan bertanya lagi hal yang sama.
Umar pura-pura tidur.
Setelah tidak ada jawaban dari Umar, Imam al-Banna
masuk kembali ke kamarnya. Beberapa saat
lamanya pertanyaan yang sama tidak segera
muncul, Umar pun melihat apa yang dilakukan
gurunya itu di dalam kamarnya. Demi melihatnya,
Imam Hasan al-Banna sedang bermunajat dengan
tangisan menyayat hati. Akhirnya tahulah Umar, jika
gurunya itu menginginkan kesendirian dalam
bermunajat kepada-Nya, sehingga amalan hanya
semata-mata karena Allah.
Sungguh asyik berdua-duaan bersama Allah
sehingga Allah akan menganugerahi cahaya pada
wajah kita. Imam Hasan al-Bashri pernah
ditanya, “Kenapa orang yang rajin shalat malam
wajahnya tampak bercahaya?” Imam Hasan
menjawab, “Karena dia berdua-duaan dengan Allah
sehingga Allah menghadiahinya sebagian dari
cahaya-Nya.”
Seorang yang taat di kala ramai maupun sepi akan
mereguk manisnya iman. Dia akan mendapatkan
peningkatan kualitas iman dalam dirinya.
Sesungguhnya semua ibadah yang kita lakukan
untuk diri kita sendiri, bukan untuk orang lain. Kita
berlaku demikian laksana melemparkan kayu Hindi
(bahan minyak wangi) ke tengah bara api, kemudian
wanginya tercium oleh manusia, namun mereka tak
tahu dari mana sumber wewangian itu.
Barangsiapa yang kesendiriannya baik dan penuh
makna, akan menyebarlah aroma keutamaannya dan
hati pun akan senantiasa mencium wewangiannya.
Jagalah perilaku Anda dalam kesendirian, karena hal
itu sangat bermanfaat.
…..Tawazun……
Tawazun….
Tawazun itu perlu…
Tawazun merupakan keseimbangan dimana kita berjalan sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia dan makhluk ciptaan-Nya tanpa ada pengurangan maupun penambahan. Manusia mempunyai 3 aset penting dalam menjalani hidup ini yaitu jasmani, akal, dan hati atau qolbu. dalam menjalani hidup ini kita harus seimbang dalam menjalankan ketiga aset penting itu.
Jasmani : merupakan salah satu aset untuk bisa mendukung kita dalam melakukan aktivitas fisik kita terutama untuk beribadah pada allah. Jasmani harus dijga diantaranya dengan makan-makanan yang bergizi terutama makanan yg halalan toyyiban, berolahraga,dll.
Akal : salah satu yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya (binatang misalnya) adalah akal. dengan akal inilah manusia menjadi lebih mulia. manusia dapat menggunakan akal untuk dapat membedakan mana yang baik dan yang bathil.
Ruh/hati : salah satu untuk bisa menyeimbangkan ruh yaitu dengan dzikrullah. dengan dzikir inilah kita bisa lebih mendekatkan diri pada allah, mendekatkan hati-hati kita pada allah. kita tau bahwa selangkah kita mendekat pada allah,mk allah akan lebih dekat lagi pada kita. dengan mengingat allah, kita akan merasa diawasi dan dilihat oleh allah dalam segala hal. janganlah enggan untuk selalu berdzikir pd allah.
Istri Shalihah 2
Sifat-sifat Istri Shalihah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirma:"Wanita (istri) shalihah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka.? (An-Nisa: 34) Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan di antara sifat wanita shalihah adalah taat kepada Allah dan kepada suaminya dalam perkara yang ma?ruf6 lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak berada di sampingnya. Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa?di rahimahullah berkata: ?Tugas seorang istri adalah menunaikan ketaatan kepada Rabbnya dan taat kepada suaminya, karena itulah Allah berfirman: ?Wanita shalihah adalah yang taat,? yakni taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ?Lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.? Yakni taat kepada suami mereka bahkan ketika suaminya tidak ada (sedang bepergian, pen.), dia menjaga suaminya dengan menjaga dirinya dan harta suaminya.? (Taisir Al-Karimir Rahman, hal.177) Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadapi permasalahan dengan istri-istrinya sampai beliau bersumpah tidak akan mencampuri mereka selama sebulan, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan kepada Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Jika sampai Nabi menceraikan kalian,7 mudah-mudahan Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian, muslimat, mukminat, qanitat, taibat, ?abidat, saihat dari kalangan janda ataupun gadis.? (At-Tahrim: 5) Dalam ayat yang mulia di atas disebutkan beberapa sifat istri yang shalihah yaitu: a. Muslimat: wanita-wanita yang ikhlas (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala), tunduk kepada perintah Allah ta?ala dan perintah Rasul-Nya. b. Mukminat: wanita-wanita yang membenarkan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala c. Qanitat: wanita-wanita yang taat d. Taibat: wanita-wanita yang selalu bertaubat dari dosa-dosa mereka, selalu kembali kepada perintah (perkara yang ditetapkan) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun harus meninggalkan apa yang disenangi oleh hawa nafsu mereka. e. ?Abidat: wanita-wanita yang banyak melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (dengan mentauhidkannya karena semua yang dimaksud dengan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur?an adalah tauhid, kata Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma). f. Saihat: wanita-wanita yang berpuasa. (Al-Jami? li Ahkamil Qur?an, 18/126-127, Tafsir Ibnu Katsir, 8/132) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.? (HR. Ahmad 1/191, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami? no. 660, 661) Dari dalil-dalil yang telah disebutkan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa sifat istri yang shalihah adalah sebagai berikut: 1. Mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan mempersembahkan ibadah hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. 2. Tunduk kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, terus menerus dalam ketaatan kepada-Nya dengan banyak melakukan ibadah seperti shalat, puasa, bersedekah, dan selainnya. Membenarkan segala perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. 3. Menjauhi segala perkara yang dilarang dan menjauhi sifat-sifat yang rendah. 4. Selalu kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertaubat kepada-Nya sehingga lisannya senantiasa dipenuhi istighfar dan dzikir kepada-Nya. Sebaliknya ia jauh dari perkataan yang laghwi, tidak bermanfaat dan membawa dosa seperti dusta, ghibah, namimah, dan lainnya. 5. Menaati suami dalam perkara kebaikan bukan dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan melaksanakan hak-hak suami sebaik-baiknya. 6. Menjaga dirinya ketika suami tidak berada di sisinya. Ia menjaga kehormatannya dari tangan yang hendak menyentuh, dari mata yang hendak melihat, atau dari telinga yang hendak mendengar. Demikian juga menjaga anak-anak, rumah, dan harta suaminya. Sifat istri shalihah lainnya bisa kita rinci berikut ini berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan setelahnya: 1. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari maafnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata: ?Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.? (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa no. 257. Silsilah Al-Ahadits Ash Shahihah, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah, no. 287) 2. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya. 3. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan hubungan intim antara dia dan suaminya. Asma? bintu Yazid radhiallahu ‘anha menceritakan dia pernah berada di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: ?Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?? Maka mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab: ?Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri) benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya sementara manusia menontonnya.? (HR. Ahmad 6/456, Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Adabuz Zafaf (hal. 63) menyatakan ada syawahid (pendukung) yang menjadikan hadits ini shahih atau paling sedikit hasan) 4. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya?. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami?ush Shahih 3/57: ?Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.?) 5. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat menghalangi suaminya untuk istimta? (bernikmat-nikmat) dengannya seperti puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada (tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya?. (HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026) 6. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: ?Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.? Ada yang bertanya kepada beliau: ?Apakah mereka kufur kepada Allah?? Beliau menjawab: ?Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: ?Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.? (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim no. 907) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda: ?Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal dia membutuhkannya.? (HR. An-Nasai dalam Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289) 7. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak menolaknya tanpa alasan yang syar?i, dan tidak menjauhi tempat tidur suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:?Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.? (HR. Muslim no.1436) Apabila seorang istri bermalam dalam keadaan meninggalkan tempat tidur suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke suaminya).? (HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no. 1436) Demikian yang dapat kami sebutkan dari keutamaan dan sifat-sifat istri shalihah, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi taufik kepada kita agar dapat menjadi wanita yang shalihah, amin. 1 Atau ia belajar agama namun tidak mengamalkannya 2 Tempat untuk bersenang-senang (Syarah Sunan An-Nasai oleh Al-Imam As-Sindi rahimahullah, 6/69) 3 Karena keindahan dan kecantikannya secara dzahir atau karena bagusnya akhlaknya secara batin atau karena dia senantiasa menyibukkan dirinya untuk taat dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (Ta?liq Sunan Ibnu Majah, Muhammad Fuad Abdul Baqi, Kitabun Nikah, bab Afdhalun Nisa, 1/596, ?Aunul Ma?bud, 5/56) 4 Dengan perkara syar?i atau perkara biasa (?Aunul Ma?bud, 5/56) 5 Mengerjakan apa yang diperintahkan dan melayaninya (?Aunul Ma?bud, 5/56) 6 Bukan dalam bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq. 7 Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui bahwasanya Nabi-Nya tidak akan menceraikan istri-istrinya (ummahatul mukminin), akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan kepada ummahatul mukminin tentang kekuasaan-Nya, bila sampai Nabi menceraikan mereka, Dia akan menggantikan untuk beliau istri-istri yang lebih baik daripada mereka dalam rangka menakuti-nakuti mereka. Ini merupakan pengabaran tentang qudrah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan , bukan berarti ada orang yangancaman untuk menakut-nakuti istri-istri Nabi lebih baik daripada shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (Al-Jami? li Ahkamil Qur?an, 18/126) dan bukan berarti istri-istri beliau tidak baik bahkan mereka adalah sebaik-baik wanita. Al-Qurthubi rahimahullah berkata: ?Permasalahan ini dibawa kepada pendapat yang mengatakan bahwa penggantian istri dalam ayat ini merupakan janji dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seandainya beliau menceraikan mereka di dunia Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menikahkan beliau di akhirat dengan wanita-wanita yang lebih baik daripada mereka.? (Al-Jami? li Ahkamil Qur?an, 18/127) http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=222
Istri Shalihah 1
Istri Shalihah, Keutamaan dan Sifat-Sifatnya

Apa yang sering diangankan oleh kebanyakan laki-laki tentang wanita yang bakal menjadi pendamping hidupnya? Cantik, kaya, punya kedudukan, karir bagus, dan baik pada suami. Inilah keinginan yang banyak muncul. Sebuah keinginan yang lebih tepat disebut angan-angan, karena jarang ada wanita yang memiliki sifat demikian. Kebanyakan laki-laki lebih memperhatikan penampilan dzahir, sementara unsur akhlak dari wanita tersebut kurang diperhatikan. Padahal akhlak dari pasangan hidupnya itulah yang akan banyak berpengaruh terhadap kebahagiaan rumah tangganya.
Seorang muslim yang shalih, ketika membangun mahligai rumah tangga maka yang menjadi dambaan dan cita-citanya adalah agar kehidupan rumah tangganya kelak berjalan dengan baik, dipenuhi mawaddah wa rahmah, sarat dengan kebahagiaan, adanya saling ta?awun (tolong menolong), saling memahami dan saling mengerti. Dia juga mendamba memiliki istri yang pandai memposisikan diri untuk menjadi naungan ketenangan bagi suami dan tempat beristirahat dari ruwetnya kehidupan di luar. Ia berharap dari rumah tangga itu kelak akan lahir anak turunannya yang shalih yang menjadi qurratu a?yun (penyejuk mata) baginya.
Demikian harapan demi harapan dirajutnya sambil meminta kepada Ar-Rabbul A?la (Allah Yang Maha Tinggi) agar dimudahkan segala urusannya.
Namun tentunya apa yang menjadi dambaan seorang muslim ini tidak akan terwujud dengan baik terkecuali bila wanita yang dipilihnya untuk menemani hidupnya adalah wanita shalihah. Karena hanya wanita shalihah yang dapat menjadi teman hidup yang sebenarnya dalam suka maupun lara, yang akan membantu dan mendorong suaminya untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya dalam diri wanita shalihah tertanam aqidah tauhid, akhlak yang mulia dan budi pekerti yang luhur. Dia akan berupaya ta?awun dengan suaminya untuk menjadikan rumah tangganya bangunan yang kuat lagi kokoh guna menyiapkan generasi Islam yang diridhai Ar-Rahman.
Sebaliknya, bila yang dipilih sebagai pendamping hidup adalah wanita yang tidak terdidik dalam agama1 dan tidak berpegang dengan agama, maka dia akan menjadi duri dalam daging dan musuh dalam selimut bagi sang suami. Akibatnya rumah tangga selalu sarat dengan keruwetan, keributan, dan perselisihan. Istri seperti inilah yang sering dikeluhkan oleh para suami, sampai-sampai ada di antara mereka yang berkata: ?Aku telah berbuat baik kepadanya dan memenuhi semua haknya namun ia selalu menyakitiku.?
Duhai kiranya wanita itu tahu betapa besar hak suaminya, duhai kiranya dia tahu akibat yang akan diperoleh dengan menyakiti dan melukai hati suaminya?.! Namun dari mana pengetahuan dan kesadaran itu akan didapatkan bila dia jauh dari pengajaran dan bimbingan agamanya yang haq? Wallahu Al-Musta?an.
Keutamaan wanita shalihah
Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
"Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan2 dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.?" (HR. Muslim no. 1467)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu:
"Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya3, bila diperintah4 akan mentaatinya5, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.? (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami?ush Shahih 3/57: ?Hadits ini shahih di atas syarat Muslim.?)
Berkata Al-Qadhi ?Iyyadh rahimahullah: ?Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan kepada para sahabatnya bahwa tidak berdosa mereka mengumpulkan harta selama mereka menunaikan zakatnya, beliau memandang perlunya memberi kabar gembira kepada mereka dengan menganjurkan mereka kepada apa yang lebih baik dan lebih kekal yaitu istri yang shalihah yang cantik (lahir batinnya) karena ia akan selalu bersamamu menemanimu. Bila engkau pandang menyenangkanmu, ia tunaikan kebutuhanmu bila engkau membutuhkannya. Engkau dapat bermusyawarah dengannya dalam perkara yang dapat membantumu dan ia akan menjaga rahasiamu. Engkau dapat meminta bantuannya dalam keperluan-keperluanmu, ia mentaati perintahmu dan bila engkau meninggalkannya ia akan menjaga hartamu dan memelihara/mengasuh anak-anakmu.? (?Aunul Ma?bud, 5/57)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah pula bersabda:
?Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/ lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.? (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid hal. 302, dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami?ush Shahih, 3/57 dan Asy-Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 282)
Ketika Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ?Wahai Rasulullah, harta apakah yang sebaiknya kita miliki?? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
?Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang senantiasa berdzikir dan istri mukminah yang akan menolongmu dalam perkara akhirat.? (HR. Ibnu Majah no. 1856, dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah no. 1505)
Cukuplah kemuliaan dan keutamaan bagi wanita shalihah dengan anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi lelaki yang ingin menikah untuk mengutamakannya dari yang selainnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama, engkau akan beruntung.? (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)
Empat hal tersebut merupakan faktor penyebabdipersuntingnya seorang wanita dan ini merupakan pengabaran berdasarkan kenyataan yang biasa terjadi di tengah manusia, bukan suatu perintah untuk mengumpulkan perkara-perkara tersebut, demikian kata Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah. Namun dzahir hadits ini menunjukkan boleh menikahi wanita karena salah satu dari empat perkara tersebut, akan tetapi memilih wanita karena agamanya lebih utama. (Fathul Bari, 9/164)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: yang maknanya: yang sepatutnya bagi seorang yang beragama dan memiliki muruah (adab) untuk menjadikan agama sebagai petunjuk pandangannya dalam segala sesuatu terlebih lagi dalam suatu perkara yang akan tinggal lama bersamanya (istri). Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mendapatkan seorang wanita yang memiliki agama di mana hal ini merupakan puncak keinginannya.? (Fathul Bari, 9/164)
Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: ?Dalam hadits ini ada anjuran untuk berteman/ bersahabat dengan orang yang memiliki agama dalam segala sesuatu karena ia akan mengambil manfaat dari akhlak mereka (teman yang baik tersebut), berkah mereka, baiknya jalan mereka, dan aman dari mendapatkan kerusakan mereka.? (Syarah Shahih Muslim, 10/52)
Allah telah mengingatkan kita…
Allah telah mengingatkan kita semua sebagai hamba-Nya……marilah sejenak kita merenung…..tentang apa yang sudah terjadi di negeri tercinta kita ini.dengan kejadian-kejadian yang terjadi akhir-akhir ini dan menimpa sodara-sodara kita…kejadian tsunami di aceh dan kejadian gempa yang menimpa yogya dan sebagian daerah di jateng tepatnya pada tanggal 27 mei 2006. Gempa dengan kekuatan 5,9 skala richter itu….menghancur leburkan rumah2 penduduk di sebagian daerah yogya terutama bantul dan daerah klaten serta membuat ribuan manusia tewas tertimpa reruntuhan rumah. Duka dan tangis ada dimana-mana.Kita sebagai sodara harusnya bisa merasakan…….duka mereka adalah duka kita semua….tangis mereka adalah tangis kita semua.Yogya menagis……
Perlu kita ingat bahwa peringatan allah merupakan suatu rahmat bagi kita semua.Allah sayang dengan hamba-Nya.Dengan adanya peringatan itu kita bisa mengoreksi diri kita sendiri….karena kl tidak diingatkan..kita sebagai manusia akan mudah tergoda dan terjerumus. Kita tahu bahwa godaan manusia itu ada hawa nafsu, setan dan berupa materi. Dengan hawa nafsu…kita bisa terlena dengan kegembiraan, kesenangan dan kebahagiaan.
"Manusia sama saja tatkala sama-sama dilimpahi nikmat, namun ketika cobaandatang menimpa, saat itulah akan terlihat perbedaan-perbedaannya"(Al Hasan Al Basri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar